Bisnis.com, JAKARTA - Direktur Eksekutif Energy Watch mengingatkan agar kebijakan domestic market obligation (DMO) batu bara tidak diusik meski harga emas hitam ini tengah berada di puncak.
Bursa ICE Newcastle memaparkan bahwa emas hitam diperdagangkan pada level US$418,75 per metrik ton pada Sabtu (5/3/2022). Harga ini menguat 48,75 poin atau 13,18 persen dibandingkan dengan perdagangan sebelumnya.
Level perdagangan saat ini terpaut cukup jauh dengan kebijakan DMO batu bara. Pasalnya pemerintah telah menetapkan DMO untuk pembangkit listrik sebesar US$70 per metrik ton. Sementara itu, harga khusus batu bara bagi industri pupuk dan semen sebesar US$90 per metrik ton.
“Terkait DMO, saya mengharapkan agar kebijakan ini tetap ada. Hal ini sangat penting dalam rangka menjaga pasokan bagi pembangkit dan juga tarif yang terjangkau bagi masyarakat,” katanya kepada Bisnis, Minggu (6/3/2022).
Dia mengkhawatirkan peniadaan DMO batu bara akan memicu peningkatan tarif dasar listrik di masyarakat. Sebab itu, mempertahankan DMO akan memberikan kelegaan bagi pelanggan listrik. Termasuk meringankan beban pemerintah dalam subsidi listrik.
Baca Juga
Mamit mendorong pemerintah perlu meningkatkan pengawasan ekstra di tengah terkereknya harga komoditas dunia termasuk batu bara. Pasalnya, kelalaian eksekutif dan lembaga pengawas lainnya, akan memicu krisis pasokan batu bara kembali terulang.
Perusahaan tambang batu bara sempat menghadapi tekanan larangan ekspor pada Januari 2022. Kebijakan ini diambil pemerintah akibat pasokan bara pada pembangkit listrik memasuki tahap kritis. Sebab itu, pada awal tahun, seluruh produksi difokuskan untuk kebutuhan domestik.
Minerba One Data Indonesia mencatat bahwa produksi batu bara pada Januari mencapai 38,07 juta ton. Dari jumlah tersebut penjualan ke pasar ekspor telah direalisasikan sebesar 6,11 juta ton serta domestik 12,13 juta ton.
Produksi komoditas ini kemudian turun tipis pada Februari menjadi 35,19 juta ton. Dari jumlah ini, 6,50 juta ton batu bara telah dijual ke pasar dalam negeri dan 5,57 juta ton untuk ekspor.