Bisnis.com, JAKARTA - Lonjakan harga komoditas yang tinggi akibat perang Rusia vs Ukraina diperkirakan akan berdampak positif, khususnya pada pendapatan pemerintah Indonesia.
Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menyampaikan bahwa harga minyak mentah dunia Indonesia telah menembus US$100 per barel, melebihi asumsi pada APBN 2022 sebesar US$63 per barel.
Kenaikan harga tersebut, termasuk komoditas lainnya kata Bhima, akan mendorong kenaikan penerimaan negara, baik dalam bentuk pajak maupun pendapatan negara bukan pajak (PNBP).
“Maka diproyeksikan sepanjang 2022 akan terjadi kenaikan pendapatan negara sebesar Rp111 triliun,” katanya kepada Bisnis, Kamis (3/3/2022).
Namun demikian, Bhima mengatakan selain dampak ke penambahan pendapatan negara, pemerintah juga perlu memperhatikan dampak dari kenaikan harga komoditas ke inflasi domestik.
“Yang lebih urgent bagaimana strategi pemerintah agar harga komoditas tidak berdampak ke inflasi yang berlebihan di dalam negeri,” jelasnya.
Pada kesempatan berbeda, Kepala Pusat Makroekonomi dan Keuangan Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Rizal Taufikurahman menyampaikan bahwa di satu sisi konflik Rusia dan Ukraina akan membawa keuntungan bagi perekonomian domestik.
Konflik tersebuut yang menyebabkan harga minyak dunia meningkat tinggi akan mendorong pendapatan negara dan mendorong kenaikan nilai PDB. Meski demikian, kenaikan harga minyak akan berdampak pada kenaikan harga komoditas lainnya dan mendorong kenaikan inflasi.
Dia menjelaskan, akibat transmisi kenaikan harga minyak, laju inflasi akan meningkat yang mana saat ini harga beberapa komoditas yang bergejolak dan harga bahan pokok sudah mulai menanjak.
"Terutama minyak, gas, dan daging, kemungkinan harga bahan pokok bisa meningkat," jelasnya.