Bisnis.com, JAKARTA — Ketua Federal Reserve Jerome Powell mendukung kenaikan suku bunga 25 basis poin pada bulan ini. Bank Sentral bahkan siap untuk bergerak lebih agresif dengan menaikkan suku bunga lebih tinggi lagi seiring dengan bayang-bayang inflasi di tengah ketidakpastian ekonomi akibat perang Rusia-Ukraina.
Powell juga mengatakan di tengah ketidakpastian yang ditimbulkan oleh serangan Rusia terhadap Ukraina, kebutuhan untuk menghapus dukungan kebijakan pandemi Covid-19 tidak berubah.
"Intinya adalah kami akan melanjutkan tetapi kami akan melanjutkan dengan hati-hati karena kami mempelajari lebih lanjut tentang implikasi perang Ukraina bagi ekonomi," katanya, mengutip Bloomber, Kamis (3/3/2022).
Di hadapan parlemen, Powell juga mengatakan pasar tenaga kerja saat ini sangat ketat. Pengusaha tengah kesulitan mencari karyawan seiring dengan para pekerja berhenti dan mengambil pekerjaan baru. Hal ini pada akhirnya mendorong kenaikan upah pada laju tercepat dalam beberapa tahun.
“Kami tahu bahwa hal terbaik yang dapat kami lakukan untuk mendukung pasar tenaga kerja yang kuat adalah dengan mempromosikan ekspansi yang panjang, dan itu hanya mungkin dalam lingkungan stabilitas harga,” kata Powell.
Adapun pasar keuangan terombang-ambing sejak invasi Rusia ke Ukraina, membuat harga energi melonjak dan berpotensi mendorong inflasi lebih tinggi. Ketegangan yang meningkat dalam beberapa terakhir telah mengaburkan prospek pertumbuhan ekonomi global.
Powell mengatakan bahwa dampak jangka pendek pada ekonomi AS dari perang Rusia dengan Ukraina sangat tidak pasti. Menurutnya, membuat kebijakan moneter yang tepat saat ini adalah berdasarkan kondisi ekonomi yang berkembang dengan cara yang tidak terduga. “Kita harus gesit dalam menanggapi data yang masuk dan prospek yang berkembang,” ujarnya.