Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bank Mandiri (BMRI): Harga Pangan Bikin Deflasi Februari 2022

PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) memperkirakan terjadinya deflasi indeks harga konsumen minus 0,10 persen secara bulanan pada Februari 2022 akibat penurunan harga pangan dan mobilitas masyarakat.
Buruh mengangkut karung beras di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta, Rabu (12/02/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Buruh mengangkut karung beras di Pasar Induk Beras Cipinang, Jakarta, Rabu (12/02/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) memperkirakan terjadinya deflasi indeks harga konsumen minus 0,10 persen secara bulanan pada Februari 2022 akibat penurunan harga pangan dan mobilitas masyarakat.

Chief Economist Bank Mandiri Faisal Rachman menjelaskan bahwa akan terjadi penurunan indeks harga konsumen (consumer price index/CPI) Februari 2022 dari posisi bulan sebelumnya. Pada Januari 2022, masih terjadi inflasi 0,56 persen (month-to-month/MtM).

"Penurunan tersebut terutama didorong oleh penurunan harga pangan akibat normalisasi harga pasca libur akhir tahun dan musim panen, serta penurunan tingkat mobilitas di tengah varian Omicron yang menekan biaya jasa transportasi," ujar Faisal dalam keterangan resmi, dikutip pada Senin (28/2/2022).

Menurutnya, harga pangan yang secara umum turun pada Februari 2022 merupakan faktor paling berkontribusi terhadap deflasi. Penurunan harga paling banyak terjadi di komoditas daging ayam, telur ayam, minyak goreng, dan cabai rawit.

"Kami memperkirakan kelompok pengeluaran makanan memberikan kontribusi sekitar minus 0,13 ppt terhadap deflasi," ujarnya.

Di sisi lain, lonjakan kasus Covid-19 varian Omicron pada Februari 2022 meningkatkan biaya perawatan kesehatan. Akibatnya, inflasi indeks harga konsumen secara tahunan dapat melemah menjadi 1,97 persen (YoY0 pada Februari 2022, dari 2,18 persen (YoY) pada 22 Januari.

Faisal menilai bahwa inflasi inti justru berpotensi menguat menjadi 1,91 persen (YoY) pada Februari 2022, dari 1,84 persen (YoY) pada Januari 2022. Penyebabnya, pemulihan ekonomi dalam negeri yang terus berlanjut dan kenaikan harga emas sebagai imbas dari ketegangan geopolitik antara Rusia dan Ukraina.

 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper