Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jangkauan LCS Masih Rendah, Chatib Basri: Diversifikasi Mesti Didorong

Mantan Menteri Keuangan 2013-2014 Chatib Basri mengemukakan perjanjian mata uang lokal (LCS) tersebut belum dapat mengimbangi penguatan nilai tukar dolar Amerika Serikat.
Pengamat Ekonomi M. Chatib Basri./FB Sri Mulyani
Pengamat Ekonomi M. Chatib Basri./FB Sri Mulyani

Bisnis.com, JAKARTA — Mantan Menteri Keuangan 2013-2014 Chatib Basri mengatakan jangkauan local currency settlement (LCS) untuk transaksi lintas negara yang dilakukan Indonesia masih terbatas.

Ia mengemukakan perjanjian mata uang lokal tersebut belum dapat mengimbangi penguatan nilai tukar dolar Amerika Serikat atau US$. Hal itu bakal berdampak pada kinerja ekspor dan impor dalam negeri yang terkoreksi akibat beban nilai tukar US$ tersebut. 

Chatib mengatakan pemerintah mesti mengimbangi keterbatasan LCS itu dengan perluasan diversifikasi ekspor non-komoditas. Artinya, intensifikasi produk ekspor diarahkan pada barang manufaktur dan bernilai tambah tinggi untuk melepaskan ketergantungan neraca niaga pada nilai tukar dolar AS itu. 

“Saya melihat ini langkah yang baik untuk diterapkan tapi kita harus realistis jangkauannya masih kecil bagaimanapun peran dari US$ masih dominan, tapi ini langkah baik untuk membantu diversifikasi upaya kerentanan dari nilai tukar itu bisa diantisipasi,” kata Chatib dalam diskusi Finance Track Side Events G20, Rabu (16/2/2022). 

Selain itu, Chatib menambahkan pemerintah mesti memastikan instrumen keuangan tersedia di dalam negeri sehingga aset tidak beralih ke luar negeri. Alasannya jika instrumen keuangan terbatas, pelaku usaha bakal beralih pada bank swasta yang berada di luar negeri untuk meletakkan asetnya. 

“Termasuk di dalam produk-produk tadi yang menggunakan CLS perlu dipikirkan instrumennya sehingga risiko kurs untuk mengalami perubahan itu bisa diantisipasi dari sisi pasar keuangannya, dari sisi riilnya diversifikasi ekspor kita sangat memengaruhi,” kata dia. 

Sebelumnya, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia atau Apindo Hariyadi B. Sukamdani mengatakan pemanfaatan LCS untruk transaksi bilateral mengalami peningkatan yang pesat sepanjang 2021. Menurut Hariyadi, peningkatan itu disebabkan karena volume dan nilai transaksi dagang Indonesia dengan China terbilang besar pada tahun lalu. 

“Dengan China ini naik luar biasa karena smelter sudah jalan produk nilai tambahnya sudah besar di sana sehingga defisit tahun lalu itu hanya US$2,4 miliar dari sebelumnya besar sekali mencapai US$30-an miliar,” kata Hariyadi dalam diskusi Finance Track Side Events G20, Rabu (16/2/2022). 

Adapun pemanfaatan LCS menunjukkan perkembangan yang signifikan sejalan dengan perluasan dan penguatan kerjasama transaksi mata uang lokal tersebut setiap tahunnya. Total transaksi LCS mencapai setara US$2,53 miliar pada 2021. Torehan itu mengalami peningkatan dari posisi setara US$797 juta pada 2020. 

Perkembangan transaksi LCS itu didorong oleh kontribusi signifikan transaksi antara Indonesia-Jepang dengan nilai setara US$95 juta dan Indonesia-China mencapai US$128 juta pada tahun lalu. 

“Saya melihat khusus dengan China itu sebetulnya sangat potensial untuk CLS ini karena transaksi terbesar komoditas yang ada di dalam kontrol negara seperti sektor pertambangan,” kata dia. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper