Bisnis.com, JAKARTA – Perusahaan tambang batu bara didorong menggunakan bahan bakar ramah lingkungan seperti biodiesel maupun solar panel di lokasi penambangan seiring upaya pemerintah mulai bergerak pada transisi energi.
Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan mengatakan bahwa langkah tersebut berguna untuk mendukung upaya transisi energi.
“Ke depan, penggunaan teknologi CCUS bisa menjadi alternatif untuk mengurangi emisi karbon. Hilirisasi sektor minerba juga saya kira perlu dilakukan,” katanya kepada Bisnis, Jumat (4/2/2022).
Meski demikian, mahalnya biaya investasi untuk menerapkan energi bersih tersebut masih menjadi tantangan. Sebab itu, dukungan pemerintah diperlukan untuk mengakselerasi penerapan pengembangan energi terbarukan di lokasi tambang.
Pemerintah kata Mamit harus konsisten dalam menjalankan kebijakan yang dibuat untuk mendukung transisi energi. Selain itu, pengembangan teknologi juga disadari menjadi kontributor terbesar dalam menjalankan transisi ini.
“Bagaimana nanti teknologi bisa lebih murah dan bisa diimplementasi,” terangnya.
Baca Juga
Mamit mengingatkan investasi di sektor mineral dan batu bara mesti terus ditingkatkan. Hal ini mengingat komoditas Minerba sedang menjadi incaran dunia. Seluruh komoditas fosil diketahui sedang mengalami lonjakan harga sejak tahun lalu.
Seiring berjalannya transisi energi, pemerintah diharapkan tetap mengoptimalkan potensi sumber daya yang ada. Apalagi pendapatan negara bukan pajak (PNBP) maupun pajak dari sektor Minerba terus mengalami kenaikan.
Berdasarkan catatan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, realisasi PNBP 2021 mencapai Rp75,16 triliun atau 192,2 persen dari target tahun lalu. Kondisi kenaikan ini terjadi akibat melonjaknya harga komoditas mineral. Kementerian membidik PNBP 2022 tembus Rp42,36 triliun.
Sementara itu, Ditjen Minerba memperoleh realisasi investasi di sektor tersebut senilai US$4,52 miliar atau setara US$63,28 triliun (kurs Rp14.000 per dolar). Jumlah ini bahkan tembus 105 persen dari target. Tahun 2022, KESDM membidik investasi US$5,01 miliar.