Bisnis.com, JAKARTA – Chair Task Force Energy, Sustainability, and Climate yang juga Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati menyampaikan tiga isu utama yang menjadi fokus kebijakan untuk transisi energi yang berkelanjutan.
Pertama, mempercepat transisi ke penggunaan energi yang berkelanjutan untuk memastikan bahwa pemanasan global dibatasi maksimum 1,5 derajat Celcius. Topik utama yang telah diidentifikasi untuk pengembangan kebijakan terkait hal tersebut adalah pengembangan industri bahan bakar alternatif seputar hidrogen dan biofuel.
Kedua, memastikan transisi yang adil dan terjangkau melalui kerja sama global dalam mitigasi dampak dan dukungan untuk beradaptasi dengan perubahan. Ketiga, kerja sama global dalam peningkatan ketahanan energi, untuk rumah tangga dan UMKM sebagai sarana mengakhiri kemiskinan ekstrem, serta mempercepat transisi energi ke penggunaan energi yang berkelanjutan.
“Ketiga isu prioritas tersebut akan menjadi dasar penyusunan rekomendasi kebijakan dari Task force Energy, Sustainability, and Climate dengan mempertimbangkan isu-isu kritis lainnya, seperti penetapan harga karbon, kerja sama global, mata pencaharian, dan pengembangan kelembagaan untuk pembiayaan dan adopsi teknologi,” katanya melalui keterangan resmi, dikutip Jumat (4/2/2022).
Task Force Energy, Sustainability, and Climate sendiri menyiapkan tiga rekomendasi transisi energi hijau yang akan disampaikan pada pertemuan tingkat tinggi G20 di Bali pada November 2022. ketiga rekomendasi tersebut pun disepakati pada Inception Meeting Business 20 (B20) yang diselenggarakan secara virtual pada akhir Januari 2022.
Nicke menjelaskan, transisi energi merupakan tantangan bagi semua pihak yang juga bisa menjadi peluang untuk menciptakan masa depan dan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, dengan menerapkan scenario, serta peta jalan yang kuat, terutama untuk aspek keuangan.
Baca Juga
“Task Force Energy, Sustainability, and Climate B20 ini memiliki prioritas yang sama dengan G20 Indonesia, di mana kami harus menjadi katalisator pemulihan hijau yang kuat dan berjalan seiring dengan prinsip-prinsip ketahanan energi, pemerataan energi, dan kelestarian lingkungan,” ujar Nicke.
Nicke juga menyampaikan bahwa energi merupakan kendala yang mengikat bagi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, serta sangat dibutuhkan bagi pengembangan ekonomi untuk pulih dari dampak pandemi Covid-19.
Menurutnya, saat ini diperlukan tindakan yang mendesak dan terfokus untuk menyikapi berbagai kecenderungan global, seperti laju transisi energi yang masih tertinggal, perubahan iklim akibat emisi gas rumah kaca antropogenik, serta pertumbuhan ekonomi memanfaatkan konsumsi energi bahan bakar fosil yang berkontribusi besar atas sebagian besar emisi.
Nicke juga menegaskan bahwa transisi energi perlu dipercepat secara global dengan cara tetap meningkatkan ketahanan dan pemerataan energi untuk menopang pertumbuhan ekonomi, serta pengurangan kemiskinan ekstrem.
“Pembangkit listrik berbasis energi terbarukan, elektrifikasi, dan efisiensi energi adalah pilar utama transisi energi, investasi teknologi dan sektor transisi energi semakin cepat. Namun, negara-negara berkembang tidak memiliki kerangka kerja, tata kelola yang mapan, pasar, layanan keuangan yang maju, tenaga kerja yang terlatih, dan akses ke teknologi canggih,” imbuhnya.