Cari berita
Bisnis.com

Konten Premium

Bisnis Plus bisnismuda Koran Bisnis Indonesia tokotbisnis Epaper Bisnis Indonesia Konten Interaktif Bisnis Indonesia Group Bisnis Grafik bisnis tv

Kinerja Awal Tahun Industri Moncer, Tetapi Omicron Mengadang

Asalkan pemerintah tidak menerapkan pembatasan selagi lonjakan kasus dan pasien rawat inap tidak melumpuhkan rumah sakit, kinerja industri yang positif pada awal tahun akan terus berlanjut.
Reni Lestari
Reni Lestari - Bisnis.com 02 Februari 2022  |  16:02 WIB
Kinerja Awal Tahun Industri Moncer, Tetapi Omicron Mengadang
Ilustrasi Kegiatan Industri - Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - Aktivitas industri sepanjang bulan lalu tetap ekspansif dengan purchasing managers' index (PMI) manufaktur Indonesia berada di angka 53,7. Meski demikian, ada risiko dan ancaman gelombang pandemi selanjutnya dengan penyebaran varian Omicron yang diprediksi akan memuncak pada tengah Fabruari hingga awal Maret 2022.

Institute For Development of Economics and Finance (Indef) menyatakan penyebaran varian Omicron akan berdampak pada aktivitas manufaktur jika pemerintah menetapkan pembatasan ketat, sebagaimana puncak varian Delta pada tahun lalu.

Kepala Pusat Industri, Perdagangan, dan Investasi Indef, Andry Satrio Nugroho mengatakan jika hal itu kembali diterapkan, produksi industri dan daya beli masyarakat jadi taruhannya.

"Kalau tidak terjadi pembatasan, pemerintah dengan kebijakannya untuk hidup bersama Covid, tidak akan terlalu besar dampaknya ke penurunan kinerja manufaktur. Kalaupun ada penurunan, recovery-nya lebih cepat," kata Andry kepada Bisnis.com, Rabu (2/2/2022).

Dia melanjutkan, yang justru menjadi tantangan adalah ketika gelombang pandemi selanjutnya menyebabkan restriksi ketat di negara-negara mitra dagang Indonesia. Tentunya hal ini berisiko menekan kinerja ekspor manufaktur.

Hal itu telah dialami Vietnam pada awal bulan lalu, dimana ribuan truk pengangkut buahnya tertahan di perbatasan pengiriman barang China, setelah Beijing memperketat aturan barang impor karena Covid-19.

Menurut Andry, meski terjadi lonjakan kasus, jika tak diikuti penumpukan jumlah kematian karena Covid-19, kebijakan restriksi tidak akan diambil oleh pemerintah.

"Itu yang kita pelajari dari varian Delta lalu. Jika tingkat kematian tidak tinggi, kemungkinan besar tidak akan dilakukan penutupan, apalagi kebijakan karantina mulai dilonggarkan," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Simak Video Pilihan di Bawah Ini :

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini, di sini :

indef indeks manufaktur Agus Gumiwang omicron
Editor : Kahfi

Artikel Terkait



Berita Terkini

back to top To top