Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Utilitas Pulih, Industri Kecil Menengah Tumbuh 3,58 Persen Tahun Lalu

Utilitas produksi Industri Kecil dan Menengah (IKM) berhasil naik menjadi 80,39 persen sepanjang tahun lal.
Pengrajin mengecat kursi dari bahan baku rotan di sebuah industri kecil di Pekayon, Bekasi, Jawa Barat, Rabu (10/6/2015). Pengrajin mengaku merasa kesulitan untuk memasarkan hasil kerajinan rotannya dan berharap pemda mendukung usaha mikro kecil menengah tersebut./Antara
Pengrajin mengecat kursi dari bahan baku rotan di sebuah industri kecil di Pekayon, Bekasi, Jawa Barat, Rabu (10/6/2015). Pengrajin mengaku merasa kesulitan untuk memasarkan hasil kerajinan rotannya dan berharap pemda mendukung usaha mikro kecil menengah tersebut./Antara

Bisnis.com, JAKARTA – Industri Kecil dan Menengah (IKM) mencatatkan tingkat utilitas produksi di angka 80,39 persen sepanjang tahun lalu, naik dari posisi Desember 2020 sebesar 65 persen.  

Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah dan Aneka (Ikma) Kementerian Perindustrian Reni Yanita mengatakan peningkatan tingkat utilitas tersebut juga diiringi dengan tumbuhnya nilai output. Sepanjang tahun lalu nilai output IKM tumbuh 3,58 persen menjadi Rp1.213.887 miliar dari tahun sebelumnya Rp1.171.925 miliar.

Sementara itu, proporsi nilai tambah IKM terhadap industri pengolahan nonmigas juga naik dari 21,07 persen pada 2020 menjadi 21,12 persen pada tahun lalu. "Secara pertumbuhan, [output] IKM di atas PDB nasional sebesar 3,45 persen," kata Reni dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VII DPR RI, Senin (31/1/2022).

Dia melanjutkan, dengan jumlah pelaku IKM sekitar 4,4 juta unit, 99,7 persen diantaranya menunjukkan nilai output yang meningkat dibandingkan dengan 2020.

Di sisi lain, Reni sebelumnya mengatakan industri aneka yang meliputi subsektor industri perhiasan, alat permainan dan mainan anak, serta industri alat olahraga mencatatkan penurunan impor sebesar 17 persen sepanjang 2021. Di antara tiga subsektor industri aneka, substitusi impor untuk komoditas industri alat olahraga mencapai 37 persen atau senilai Rp75,8 miliar.

"Artinya, memenuhi target dari 22 persen sebesar Rp94,3 miliar dari nilai impor acuan 2019 sebesar Rp 120,8 miliar," sebutnya.

Sementara itu, program substitusi impor di industri perhiasan mencapai 4 persen dan di industri alat permainan dan mainan berkisar 18 persen. Adapun capaian program substitusi impor industri alat olahraga berasal dari produksi bola dan shuttlecocks.

Kemenperin mencatat ekspor industri kedua alat olahraga tersebut sepanjang 2021 meningkat menjadi US$7,80 juta dibandingkan dengan 2020 yang mencapai US$5,48 juta. Saat ini, industri skala menengah di subsektor alat olahraga terdiri dari 66 unit perusahaan dengan penyerapan tenaga kerja sebanyak 11.626 orang. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Reni Lestari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper