Bisnis.com, JAKARTA – Rencana Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) untuk mulai menaikkan suku bunga sebagai imbas dari inflasi yang tinggi selama 2021 bisa berdampak pada aktivitas ekspor dan impor Indonesia.
Namun kinerja ekspor diyakini tetap bisa mengimbangi risiko membengkaknya harga barang impor.
Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (BPPP) Kementerian Perdagangan Kasan mengatakan kenaikan suku bunga AS bisa memicu depresiasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Penurunan nilai rupiah akan mengakibatkan naiknya harga barang impor dan membuat produk ekspor Indonesia lebih murah bagi pembeli.
"Secara khusus, kategori bahan baku atau penolong yang menjadi input bagi industri dalam negeri yang berasal dari impor akan mengakibatkan harga barang produksinya menjadi meningkat," kata Kasa, Rabu (26/1/2022).
Kasan juga mengatakan kenaikan suku bunga The Fed akan mengakibatkan pengetatan likuiditas keuangan di AS. Hal ini berpotensi membuat ekspor Indonesia ke AS menjadi terganggu. Negeri Paman Sam tercatat sebagai destinasi ekspor terbesar kedua bagi RI setelah China.
Merujuk hasil penelitian yg dilakukan Indonesia Eximbank bekerjasama dengan Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB pada 2018, Kasan mengatakan keterkaitan nilai tukar rupiah dan neraca perdagangan Indonesia secara agregat mengikuti fenoma kurva J.
Pada jangka pendek, depresiasi nilai tukar menurunkan neraca perdagangan, tetapi pada jangka panjang depresiasi akan meningkatkan neraca perdagangan nasional.
"Meskipun demikian, kinerja ekspor impor tidak hanya dipengaruhi oleh nilai tukar," kata dia.
Kasan mengatakan harga komoditas internasional yang cenderung meningkat, khususnya komoditas energi, produk tambang, dan CPO serta turunanya, akan mendorong kinerja ekspor Indonesia dalam jangka pendek. Kinerja ekspor komoditas ini sekaligus menjadi penyeimbang risiko mahalnya bahan baku impor akibat pelemahan nilai tukar.
Sebagai informasi, notulensi rapat terakhir The Fed yang terbit pekan lalu menyebut kemungkinan kenaikan suku bunga lebih dari tiga kali. Analis Goldman Sachs sebagaimana diwartakan Bloomberg meyakini kenaikan suku bunga akan ditempuh minimal empat kali tahun ini, seiring dengan perkembangan terbaru inflasi di AS.
Kenaikan suku bunga The Fed bakal berimplikasi pada pelemahan kurs terhadap dolar AS. Hal ini akan turut dirasakan pelaku ekspor dan impor yang mayoritas transaksinya menggunakan dolar.