Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) serius melakukan kajian kandungan logam tanah jarang di Lumpur Lapindo, Sidoarja, Jawa Timur.
Sebagai gambaran, timah dan logam tanah jarang memiliki hubungan yang cukup erat. Logam tanah jarang diperoleh dari pertambangan timah yang menghasilkan monasit. Jenis ini paling memungkinkan untuk dikembangkan menjadi sejumlah produk.
Selain itu, timah tanah jarang juga dapat dimanfaatkan untuk industri kesehatan, seperti teknologi pendeteksi kanker dan jenis penyakit lagi. Lainnya adalah pembangkit listrik, penyimpanan listrik, dan pendukung tambang, hingga kebutuhan untuk kendaraan bermotor berbasis baterai.
Kajian potensi mineral pertambangan timah yang sempat dilakukan Kementerian ESDM pada 2017 menemukan volume endapan mengandung logam tanah jarang di Indonesia cukup besar. Di Sumatra terdapat setidaknya 19.000 ton logam tanah jarang.
Kemudian di Pulau Bangka Belitung sekitar 383.000 ton, serta Kalimantan dan Sulawesi masing-masing memiliki minimal 219 dan 443 ton logam tanah jarang.
Di tingkat global, China memproduksi 84 persen dari total produksi logam tanah jarang dunia. Kemudian Australia 11 persen, Rusia 2 persen, Brazil dan India sebanyak 1 persen.
Baca Juga
Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Eko Budi Lelono mengatakan lembaganya tengah mengkaji secara intensif potensi kandungan logam tanah jarang dan critical raw material di Lumpur Lapindo, Sidoarjo.
Kajian intensif itu merupakan hasil tindak lanjut dari penjajakan awal yang sempat dilakukan oleh Badan Geologi bekerja sama dengan Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara pada 2020.
“Secara umum di daerah ini di Sidoarjo memang ada indikasi terkait dengan keberadaan logam tanah jarang ya, selain itu ada logam lain ada critical raw material yang jumlahnya justru lebih besar,” kata Eko dalam konferensi pers, Jumat (21/1/2020).
Eko menambahkan lembaganya bakal menindaklanjuti indikasi logam jarang dan critical raw material itu pada tahun ini. Hanya saja, dia enggan membeberkan hasil penjajakan awal terkait dengan potensi kandungan logam jarang dan critical raw material tersebut.
“Hasilnya masih dalam proses ini baru selesai di tahun 2021, jika ini sudah selesai secara menyeluruh akan disampaikan,” tuturnya.
Dia berharap lembanganya dapat mengetahui potensi logam jarang yang ada di Lumpur Lapindo itu setelah penjajakan intensif pada tahun ini.
“Mudah-mudahan kita bisa tahu seberapa besar potensi logam tanah jarang yang ada di Sidoarjo,” tuturnya.