Bisnis.com, JAKARTA — Ekspor tekstil dan produk tekstil (TPT) masih berpeluang untuk ditingkatkan. Pelaku usaha mengemukakan peningkatan ekspor TPT memerlukan pembedahan dan pendalaman industri demi menjamin kenaikan ekspor diiringi dengan surplus yang juga meningkat.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Pertekstilan Indonesia (API) Jemmy Kartiwa mengatakan ekspor TPT telah didominasi oleh produk bernilai tambah tinggi, dengan ekspor pakaian jadi yang memberi kontribusi terbesar. Namun, dia memberi catatan bahwa ekspor tinggi TPT juga tak lepas dari pasokan bahan baku impor yang masih tinggi.
"Ini menjadi fokus kami untuk ke depan, bagaimana impor dikurangi dan ekspor digenjot. Jangan sampai kinerja ekpsor banyak ditopang impor sehingga surplusnya terbatas," kata Jemmy, Minggu (23/1/2022).
Jemmy menjelaskan asosiasi kini tengah membedah penyebab masih besarnya kebutuhan bahan baku impor. Langkah ini diharapkan bisa menjadi pijakan dalam penguatan industri dalam 2 sampai 3 tahun ke depan.
"Kami ingin bedah apa penyebab impor yang masih besar, apakah memang masih defisit sehingga membuka peluang investasi baru ke depan atau memang produksi di dalam negeri belum efisien dan sesuai standar industri pengguna. Ini yang akan kami bedah," jelas Jemmy.
Data sementara yang dihimpun Kementerian Perdagangan memperlihatkan total ekspor produk TPT kode HS 61 dan 62 pada 2021 mencapai US$8,47 miliar. Sementara itu, ekspor produk benang dan serat fiber dalam kode HS 55 mencapai US$2,26 miliar atau naik 43,81 persen secara tahunan.
"Neraca sudah surplus dari sisi nilai dan volume, tetapi masih bisa dioptimasi dengan meningkatkan domestic supply chain. Beberapa produk hulu tercatat impornya masih tinggi," kata dia.
Jemmy mengatakan pelaku industri TPT telah meminta industri petrokimia seperti PT Pertamina untuk menjajal investasi di produk-produk bahan baku dengan impor yang masih tinggi, di antaranya adalah paraxylene dan mono ethylene glycol (MEG).
"Belajar dari kondisi pandemi, ketergantungan bahan baku impor yang besar tidak baik bagi kelanjutan industri. Oleh karena itu pendalaman industri untuk substitusi impor perlu terus dikejar," katanya.