Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Perdagangan melaporkan adanya kenaikan harga kedelai impor di Tanah Air seiring dengan tren harga global yang meningkat. Namun, Kemendag memastikan stok kedelai untuk perajin tahu dan tempe tetap memadai.
Berdasarkan data Chicago Board of Trade (CBOT), harga kedelai dunia pada minggu kedua Januari 2022 sekitar US$13,77 per bushel, atau setara dengan US$505 per ton, naik dari kondisi minggu pertama Januari 2022 yaitu US$13,15 per bushel atau setara US$483 per ton.
Kenaikan itu membuat landed price diperkirakan berada di kisaran Rp8.500 per kilogram (kg), dan harga di tingkat importir diperkirakan Rp9.300 per kg. Harga tersebut lebih tinggi dari posisi pada Desember 2021, di mana landed price berada pada kisaran Rp7.695 per kg, dan di tingkat importir sebesar Rp8.378 per kg.
Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kemendag Oke Nurwan menjelaskan bahwa kenaikan harga kedelai disinyalir terjadi sebagai dampak dari cuaca ekstrem yang terjadi di negara produsen kedelai, seperti Argentina dan Brasil.
Selain itu, terdapat pembelian dalam skala besar (rush buying) dari Amerika Serikat dan China setelah badai Ida berakhir.
“Kami berharap kondisi peningkatan harga kedelai karena dampak cuaca ekstrem ini tidak berlangsung lama. Hal tersebut mengingat adanya potensi kenaikan produksi kedelai dunia dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya,” kata Oke melalui siaran pers yang dikutip Kamis (20/1/2022).
Dia mengatakan, Kemendag dan pelaku usaha kedelai menjamin harga kedelai tetap terjangkau dan stok memadai, terlepas dari tren harga tersebut.
Menurut informasi Asosiasi Kedelai Indonesia (Akindo), stok kedelai di tingkat importir mencapai 400.000 ton yang terdiri atas 150.000 ton stok awal Januari 2022, dan pertengahan Januari sebanyak 250.000 ton.
Jumlah tersebut diyakini bisa mencukupi kebutuhan selama 2 bulan ke depan. Oke mengatakan, Kemendag akan terus memantau dan mengevaluasi pergerakan harga kedelai dunia secara periodik.