Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Studi Nielsen: Iklan Berbasis Realita dan Humor Digemari Konsumen

Iklan berdasarkan rekomendasi dari mulut ke mulut berada di posisi kedua sebagai iklan dengan upaya yang paling sukses.
Executive Director, Head of Media Business Nielsen Indonesia Hellen Katherina menjelaskan hasil riset tentang belanja iklan media, di Jakarta, Rabu (13/9)./JIBI-Abdullah Azzam
Executive Director, Head of Media Business Nielsen Indonesia Hellen Katherina menjelaskan hasil riset tentang belanja iklan media, di Jakarta, Rabu (13/9)./JIBI-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA - Perusahaan riset data dan analitik, Nielsen meluncurkan Trust in Advertising Study 2021 tentang kepercayaan dalam periklanan secara global. Studi ini mengungkap pendapat konsumen tentang berbagai jenis iklan secara global.

Dalam hasil risetnya, Nielsen menyoroti tiga hal mengenai periklanan. Pertama, iklan yang menggambarkan situasi nyata dan penuh humor menempati urutan teratas sebagai iklan yang disukai konsumen.

Menurut penelitian Nielsen, di sebagian besar negara, karakteristik iklan yang paling penting adalah iklan yang menggambarkan situasi kehidupan nyata. Iklan tersebut semakin menarik ketika ditambah bumbu-bumbu humor di dalamnya.

Cathy Heeley, International Media Analytics Lead, Nielsen mengatakan tertawa merupakan hal yang sangat pokok bagi manusia dan memiliki kekuatan untuk memberi energi dan menambah keseruan pada kesehariannya.

“Jadi tidak mengherankan ketika humor dan situasi kehidupan nyata menjadi konten yang paling dekat dengan pemirsa. Iklan yang menyentuh hati terkait dengan esensi menjadi manusia akan tetap unggul dari jenis maupun topik iklan lainnya dan membantu mempertahankan audiens,” jelas Cathy dalam keterangan resminya, Selasa (18/1/2022)

Masih menurut Nielsen, iklan berdasarkan rekomendasi dari mulut ke mulut berada di posisi kedua sebagai iklan dengan upaya yang paling sukses. Hampir 88 persen orang paling mempercayai rekomendasi dari orang yang mereka kenal.

Lebih dari 50 persen orang mempercayai saluran ini dibandingkan dengan saluran lainnya, seperti spanduk online dan iklan video yang ada di ponsel atau tablet, iklan SMS dan iklan mesin pencari. Bahkan, pengaruh dari pemengaruh (influencer) tidak berjalan sebaik teman dan keluarga, dengan hanya 71 persen orang cukup hingga sangat mempercayainya.

"Di setiap belahan dunia yang diteliti, rekomendasi personal dari keluarga atau teman adalah yang paling dipercaya. Kita tahu iklan reguler mampu menjaga brand tetap hidup, berdasarkan pengalaman pribadi yang dirasakan oleh teman dan keluarga. Kami melihat ketika ‘brand promise’ dan ‘brand experience’ bersinergi dengan baik, angka penjualan dapat meningkat secara signifikan," kata Cathy.

Posisi ketiga dari penelitian Nielsen mengenai iklan yang dipercaya terkait dengan nilai jual, bukan hanya soal produk. Studi ini menunjukkan minimnya kepercayaan dalam iklan secara keseluruhan, kecuali jika rekomendasi berasal dari teman dan keluarga.

Iklan produk tembakau adalah yang paling tidak dipercaya, sementara iklan makanan adalah yang paling dipercaya secara keseluruhan.
Temuan dari studi Nielsen ini menunjukkan adanya pergeseran kepercayaan konsumen pada merek yang secara otentik menunjukkan nilai-nilai merek yang kuat.

Cathy menjelaskan, saat ini orang-orang tertarik pada bagaimana sebuah merek akan membawa manfaat bagi dunia, tidak hanya pada kegunaan apa yang ditawarkan produk tersebut.

"Kami diberondong dengan beragam pesan setiap hari bahwa semakin sulit bagi sebuah iklan untuk sukses. Konsumen lebih peduli tentang bagaimana merek dapat membantu dunia bergerak maju. Sangat penting bahwa merek saat ini menunjukkan visi, misi, dan nilai-nilai mereka, bukan hanya produk atau layanan mereka," jelasnya.

Sementara itu, Hellen Katherina, Executive Director Nielsen Media Indonesia mengatakan pesatnya perkembangan saluran periklanan dewasa ini telah menciptakan peluang dan tantangan baru bagi dunia periklanan.

“Melalui studi yang diselenggarakan secara global ini, Nielsen mampu memberikan gambaran tentang jenis saluran dan konten apa yang paling sesuai dengan karakter masyarakat di beragam belahan dunia berbeda. Hal ini tentunya dapat menjadi masukan berharga bagi para pengiklan di luar sana yang senantiasa berharap bahwa iklan yang mereka buat dapat mendorong terciptanya aksi lanjutan dari konsumen potensial produk mereka” terang Hellen.

Studi ini dilaksanakan dengan mengambil sampel sebanyak 40.000 orang selama Agustus hingga September 2021 di Eropa, Timur Tengah, Afrika, Asia Pasifik, Amerika Utara, dan Amerika Latin. Studi ini merupakan bagian dari Survei Penelitian Media yang dilakukan oleh Nielsen guna memahami lanskap periklanan guna membantu para pengiklan dan perusahaan membuat strategi periklanan yang lebih efektif.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Wahyu Arifin

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper