Bisnis.com, JAKARTA – Membaiknya kondisi pandemi Covid-19 pada tahun ini diprediksikan bakal menggerakkan kegiatan perekonomian global, sehingga mengerek permintaan energi.
Mantan Wakil Menteri ESDM Periode 2016–2019 Arcandra Tahar mengatakan bahwa konsumsi energi pada 2022 akan menyamai level sebelum pandemi Covid-19.
Meningkatnya aktivitas ekonomi untuk mengejar pertumbuhan perekonomian yang melambat selama 2 tahun karena pandemi menjadi pendorong laju konsumsi energi di seluruh dunia.
Menurutnya, harga komoditas energi, seperti minyak bumi dan batu bara masih akan tinggi karena permintaan yang meningkat tahun ini.
“Berdasarkan indikator yang ada, kira-kira akan ada di range US$65–US$80 per barel. Kenapa seperti itu? Pertama, demand kembali seperti sebelum pandemic yang 100 juta barel per hari, dan saat pandemi menjadi 90 juta barel per hari, turun 10 persen. 2022 sudah ada tanda kembali ke 100 juta per hari,” ujarnya dalam acara PGN Energy Economic Outlook 2022, Rabu (12/1/2022).
Dia menjelaskan, terdapat beberapa catatan penting yang dapat memengaruhi tingkat harga minyak tersebut, salah satunya adalah pengendalian varian Omicron atau varian lain yang dapat memicu pandemic Covid-19 berlangsung lebih lama.
Arcandra menuturkan bahwa apabila situasi tidak terkendali, maka harga minyak berpotensi turun pada level di bawah US$65 per barel.
“Kedua, OPEC+ bisa atau tidak kontrol pasokannya, kelihatannya sekarang OPEC melihat bahwa produksi harus ditahan di level yang sama agar harga tidak berubah banyak dari US$65–US$80 per barel,” jelasnya.