Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Indef: Tren Keyakinan Konsumen 2022 Mulai Optimis, Tapi...

Direktur Eksekutif Indef Tauhid Ahmad mengatakan tren keyakinan konsumen 2022 mulai optimistis. Namun, dia mengingatkan ada hal utama yang harus diwaspadai.
Pengunjung berjalan di pusat perbelanjaan di Jakarta, Rabu (4/8/2021)./Antara
Pengunjung berjalan di pusat perbelanjaan di Jakarta, Rabu (4/8/2021)./Antara

Bisnis.com, JAKARTA - Keyakinan konsumen tercatat berada di level optimis berdasarkan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) sebesar 118,3 pada Desember 2021. Hal itu terpantau dari Survei Konsumen yang dirilis oleh Bank Indonesia (BI), Senin (10/1/2022).

Persepsi konsumen terhadap kondisi ekonomi pun meningkat, terlihat dari Indeks Ekonomi Saat Ini (IKE) Desember 2021 sebesar 99,9, lebih tinggi dari posisi bulan sebelumnya 99,2.

Melihat perkembangan tersebut, Direktur Eksekutif Institute for Development on Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad memperkirakan tren keyakinan konsumen 2022 akan cenderung optimis. Hal ini, tambahnya, tergantung dengan kondisi perkembangan pandemi terutama setelah munculnya varian Omicron sejak akhir tahun lalu.

"Obstacle-nya hanya Omicron saja. Hanya ini saja yang saya kira akan bisa menghambat proses pemulihan ekonomi," jelas Tauhid kepada Bisnis, Senin (10/1/2022).

Pemulihan keyakinan konsumen di 2022 diperkirakan juga sangat bergantung pada vaksinasi dosis ketiga atau booster. Tauhid menyebut vaksinasi booster sebagai game changer untuk mempercepat laju pemulihan.

Kendati demikian, dia menilai laju pemulihan kelompok masyarakat berpendapatan menengah ke bawah tidak akan secepat dengan pemulihan pada kelompok masyarakat menengah atau menengah tinggi. Apalagi, setelah sejumlah stimulus dikurangi bahkan ditiadakan untuk upaya konsolidasi fiskal sejalan dengan pemulihan ekonomi.

Misalnya, anggaran Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) 2022 berkurang menjadi Rp414 triliun, meskipun sejumlah bantuan sosial ataupun stimulus masih akan digulirkan. Pemerintah menyatakan anggaran ini nantinya masih bersifat subject-to-change, sehingga menyesuaikan dengan situasi dan kondisi perkembangan Covid-19.

"Bantuan sosial memang diberikan tapi jumlahnya relatif sekarang lebih terbatas. Jumlahnya tidak terlalu signifikan besar. Oleh karena itu, daya pemulihan kelompok menengah ke bawah lebih lambat dari yang diperkirakan," kata Tauhid.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper