Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Industri Orientasi Ekspor Bidik Kenaikan pada 2022

Pemulihan permintaan yang dimulai pada 2021 terbukti mendorong kinerja ekspor setelah masa pandemi menekan industri.
Kegiatan di salah satu pabrik sepatu di Tangerang, Banten./Antara/Akbar Nugroho Gumay
Kegiatan di salah satu pabrik sepatu di Tangerang, Banten./Antara/Akbar Nugroho Gumay

Bisnis.com, JAKARTA – Industri berorientasi ekspor membidik perbaikan ekspor berlanjut pada 2022. Pemulihan permintaan yang dimulai pada 2021 terbukti mendorong kinerja ekspor setelah masa pandemi menekan industri.

Direktur Eksekutif Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) Firman Bakrie mengemukakan kinerja ekspor alas kaki yang tetap tumbuh positif pada 2020 dan 2021 turut dipengaruhi oleh masuknya limpahan order yang mulanya digarap negara pesaing seperti Vietnam dan Myanmar. Situasi politik dan pandemi yang tidak kondusif membuat sejumlah merek mengalihkan pesanan ke Indonesia.

"Pada 2021 kita dapat berkah ketika negara pesaing seperti Vietnam dan Myanmar tidak dalam kondisi yang baik-baik saja. Vietnam terlalu banyak investasi dan lockdown ketat, akibatnya pabrik di Vietnam sulit beroperasi. Sementara pasokan untuk Uni Eropa dan Amerika Serikat tetap tinggi. Makanya kita menikmati sebagian order," kata Firman, Kamis (23/12/2021).

Limpahan order ini juga datang dari Myanmar yang sejak Februari 2021 menghadapi situasi politik yang kurang kondusif imbas dari kudeta militer. Hal ini memicu kenaikan ekspor alas kaki yang menembus 25,74 persen pada Januari sampai Oktober 2021.

Diterimanya order ini, lanjut Firman, sekaligus memberi konfirmasi soal pentingnya percepatan perundingan perdagangan bebas Indonesia dengan destinasi ekspor penting seperti negara Uni Eropa. Firman mengatakan ekspor ke kawasan tersebut naik sampai 500 persen pada 2021, padahal Indonesia sempat kehilangan pasar Benua Biru.

"Saat Vietnam dan Uni Eropa menyelesaikan perundingan perdagangan bebas pada 2019, ekspor alas kaki yang sempat mencapai puncak US$5 miliar pada 2018 justru kemudian turun jadi hanya US$4,4 miliar. Ternyata bisnis sudah melihat prospek dan komitmen dari Vietnam sehingga kita kehilangan pasar. Nyatanya saat order beralih ekspor kita naik lagi 500 persen ke Uni Eropa," kata dia.

Karena itu, Firman berharap perundingan Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif antara Indonesia dan Uni Eropa alias I-EU CEPA dapat segera diselesaikan. Dengan demikian, industri alas kaki Indonesia yang bersiap meningkatkan kapasitas produksi bisa menangkap peluang di pasar potensial.

"Tantangan kedua mungkin bagaimana ke depan iklim investasi bisa terjaga. Setidaknya sesuai dengan komitmen dalam Undang-Undang Cipta Kerja, tentunya sembari perbaikan dari sisi hukum," katanya.

Sementara itu, Ketua I Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Jongkie Sugiarto memperkirakan ekspor mobil Indonesia pada 2021 bisa menembus 300.000 unit, naik dibandingkan realisasi 2020 sebanyak 232.175 unit. Pada 2019, ekspor mobil mencapai 332.004 unit.

"Total ekspor CBU [compeletely build-up] sampai November 2021 mencapai 267.224 unit. Kami perkirakan sampai Desember mencapai di atas 300.000 unit," kata Jongkie.

Dia mengatakan Gaikindo belum memiliki proyeksi soal kinerja ekspor pada 2022, tetapi industri berharap jumlah unit yang diekspor bisa lebih tinggi daripada realisasi 2021.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper