Bisnis.com, JAKARTA – ExxonMobil menyatakan bakal terus mengembangkan teknologi carbon capture utilization storage (CCUS) di kawasan Asia. Perusahaan asal Amerika Serikat itu bakal memaksimalkan potensi dari teknologi tersebut guna menekan emisi karbon.
President ExxonMobil Indonesia Irtiza Sayyed mengatakan bahwa teknologi CCUS sangat dibutuhkan oleh industri hulu minyak dan gas bumi (migas). Pasalnya, di tengah tekanan untuk mengurangi emisi karbon, teknologi itu bisa menjadi salah satu solusi menjaga hulu migas bisa tetap bisa beroperasi.
“Kami merupakan perusahaan pertama yang meng-capture 40 persen dari CO2 yang sudah di-capture. Kami sekarang sedang berupaya melihat peluang-peluang global, termasuk Asia. Karena itu, kami baru-baru ini menandatangani MoU dengan Pertamina untuk penerapan teknologi low carbon,” ujar Irtiza dalam webinar yang digelar pada Rabu (15/12/2021).
Di negara asalnya, kata dia, teknologi CCUS yang digunakan oleh ExxonMobil tidak hanya dapat menciptakan peluang kerja baru. Namun, penerapan teknologi itu juga sekaligus menjaga pekerja-pekerja yang lama dengan tetap beroperasinya kegiatan operasional hulu migas.
ExxonMobil sendiri tengah merancang konsep untuk menciptakan daerah Houston, Amerika Serikat, sebagai CCS hub, karena terletak di daerah industri yang besar. Dari konsep itu ditargetkan bisa mengurangi emisi karbon sebesar 100 juta ton CO2 per tahun sampai dengan 2040.
Irtiza menjelaskan, dengan total investasi sebesar US$100 miliar, nantinya diharapkan dapat membuka sekitar 10.000 lapangan pekerjaan.
Baca Juga
“Dengan regulasi yang mendukung, upaya bersama ini dapat membantu penyimpanan dari CO2, dan ini dapat direplikasi juga, termasuk di Asean dengan berupaya mencapai tujuan yang ambisius. Perlu upaya bersama dari pemerintah dengan berkolaborasi bersama industri agar dapat mengimplementasikannya dengan kebijakan yang tepat,” ujarnya.