Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bank Permata (BNLI) Perkirakan Surplus Neraca Dagang November Rp68,68 Triliun

Penurunan surplus neraca dagang, utamanya disebabkan oleh perbaikan nilai impor Indonesia. Pertumbuhan impor Indonesia diperkirakan mencapai 34,8 persen yoy.
Suasana bongkar muat peti kemas di Jakarta International Container Terminal, Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (8/1/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam
Suasana bongkar muat peti kemas di Jakarta International Container Terminal, Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (8/1/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Permata Tbk. (BNLI) memproyeksikan surplus neraca dagang pada November 2021 senilai US$4,77 miliar. Proyeksi itu lebih rendah dari capaian surplus Oktober 2021 yakni US$5,73 miliar.

Kepala ekonom Bank Permata Josua Pardede menjelaskan bahwa pihaknya menilai akan terjadi penurunan kinerja surplus neraca perdagangan secara bulanan. Meskipun begitu, proyeksi itu lebih tinggi dari catatan surplus neraca dagang November 2020 senilai US$2,62 miliar.

"Penurunan surplus neraca dagang, utamanya disebabkan oleh perbaikan nilai impor Indonesia. Pertumbuhan impor Indonesia diperkirakan mencapai 34,8 persen [year-on-year/YoY] atau meningkat 4,74 persen [month-to-month/MtM]," ujar Josua lepada Bisnis, Selasa (14/12/2021).

Bank Permata melihat bahwa naiknya impor Indonesia sejalan dengan aktivitas yang masih solid. Josua berkaca dari catatan Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur Indonesia yang melanjutkan tren ekspansif pada November 2021 di angka 53,9.

Dari sisi ekspor, Josua memperkirakan akan terjadi kontraksi secara bulanan yakni 0,86 persen, meskipun masih tumbuh secara tahunan yakni 43,1 persen. Menurutnya, pergerakan harga batu bara akan memengaruhi kinerja ekspor Indonesia.

"Penurunan ekspor secara bulanan didorong oleh kontraksi harga batu bara sebesar 29,86 persen [MtM]. Namun, harga komoditas ekspor lain, seperti CPO, masih tercatat naik 2,89 persen MtM," ujarnya.

Josua menilai bahwa permintaan dari mitra dagang Indonesia, seperti India dan Jepang yang mengalami kenaikan aktivitas manufaktur akan turut mendorong kenaikan volume ekspor.

"Sehingga dampak dari penurunan harga batu bara menjadi cenderung terbatas," ujarnya.

Adapun, berdasarkan data Bloomberg hingga Selasa (14/12/2021) pukul 19.00 WIB, terdapat 20 lembaga yang sudah merilis proyeksi neraca perdagangan November 2021. Rata-rata proyeksi surplus dari seluruh lembaga adalah US$4,58 miliar.

Proyeksi surplus neraca dagang November 2021 terendah berada di angka US$3,68 miliar, sedangkan yang tertinggi senilai US$5,84 miliar. Dari keseluruhan proyeksi itu, median atau nilai tengah berada di angka US$4,5 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper