Bisnis.com, JAKARTA - Ekspor alat pelindung diri (APD) Indonesia mengalami penurunan pada tahun kedua pandemi. Meningkatnya kewaspadaan penyebaran kasus Covid-19 akibat varian Omicron diperkirakan tidak langsung mengerek kinerja produk kelompok ini.
“Ekspor PPE [personal protective equipment] memang cenderung turun pada 2021 daripada 2020. Kemungkinan pada 2022 juga kembali ke titik normal seperti 2019,” kata Wakil Ketua Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Anne Patricia Sutanto, Kamis (9/12/2021).
Data Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan ekspor 6 produk yang masuk kategori APD dan bahan bakunya mengalami penurunan pada periode Januari sampai September 2021.
BPS mencatat ekspor kain meltbown, masker bedah, masker respirator N95, pakaian pelindung medis, dan pakaian bedah selama periode tersebut bernilai US$40,58 juta, jauh menurun dari capaian periode yang sama setahun sebelumnya yang mencapai US$175,27 juta.
“Penurunan ini cukup masuk akal karena 2020 pandemi baru terjadi, banyak negara masih belum yakin penanganan yang tepat seperti apa. Berbeda dengan 2021 ketika vaksinasi mulai berjalan dan lebih jelas penularan virusnya seperti apa,” lanjut Anne.
Meski ekspor APD memperlihatkan penurunan, Anne memberi catatan bahwa kontribusi APD terhadap total ekspor tekstil dan produk tekstil sangatlah kecil. Dia mengatakan pertumbuhan ekspor TPT lebih ditentukan oleh kinerja kelompok produk lainnya.
“Kalau memang ada kebutuhan di luar kita bisa segera memenuhi ekspornya. Namun sekali lagi PPE bukan penentu kinerja ekspor TPT,” katanya.
Dengan nilai US$40,58 juta pada Januari sampai September 2021, ekspor APD dan bahan bakunya memang terbilang kecil dibandingkan dengan total ekspor produk dalam kode HS 56, 62, dan 63 yang mencapai US$3,19 miliar. Pada periode yang sama tahun lalu, ekspor produk dalam kode HS tersebut mencapai US$3,22 miliar.
Prospek ekspor produk APD Indonesia kontras dengan proyeksi ekspor produk perlindungan diri China yang diperkirakan tumbuh jika penyebaran varian Omicron meluas dan memicu lonjakan kasus. Proyeksi ini seiring dengan berlanjutnya kenaikan ekspor dan impor China pada November 2021 menurut laporan Bloomberg.