Bisnis.com, JAKARTA - Parlemen Uni Eropa berencana memperketat peraturan soal penerbitan obligasi hijau. Langkah itu ditempuh guna menghindari perusahaan-perusahaan yang menjual janji program ramah lingkungan dengan cara berlebihan atau greenwashing kepada investor.
Sebuah laporan dari parlemen UE menyebutkan, setiap penerbit obligasi hijau Eropa dan obligasi yang terkaitdengan keberlanjutan (SLB) harus mengembangkan rencana transisi yang sejalan dengan skenario penurunan pemanasan global 1,5°C dan mencapai netralitas iklim pada 2050.
Pengajuan amandemen ini dilakukan oleh Komisi Uni Eropa tahun ini dengan tujuan untuk memastikan obligasi tersebut tidak digunakan untuk mendanai proyek listrik dari tenaga nuklir atau gas.
"Saya ingin meningkatkan kredibilitas standar obligasi hijau. Perusahaan atau negara harus berada di jalur menuju nol bersih [net zero], sebaliknya kami menemui bentuk greenwashing di mana perusahaan cokelat [kontributor polutan] tiba-tiba mengeluarkan obligasi hijau," ujar anggota parlemen Paul Tang seperti dikutip dari Bloomberg pada Jumat (3/12/2021).
Namun, amandemen tersebut tidak mampu membuat standar penerbitan green bond berlaku secara mandatori. Kendati demikian, legislator berharap kewajiban mematuhi aturan dapat dilakukan secara bertahap. Investor harus menyadari bahwa aturan akan menjadi wajib dalam waktu dekat.
Kendati sudah diajukan oleh pihak parlemen, pemberlakuan standar ini harus disetujui oleh negara-negara anggota UE yang bisa jadi memakan waktu lama hingga dalam hitungan tahun.
Baca Juga
"Pengantar pengungkapan syarat untuk seluruh pasar obligasi berkelanjutan memiliki manfaat tambahan untuk mengurangi jangkauan greenwashing melalui obligasi berkelanjutan, termasuk melalui obligasi yang terkait dengan keberlanjutan,” kata anggota parlemen dalam catatan penjelasan untuk laporan tersebut.
Dengan demikian, penentuan standar ini berguna untuk mengurangi potensi kerugian bagi investor dan meningkatkan kepercayaan di seluruh pasar obligasi berkelanjutan.
Pada tahun ini, volume penerbitan obligasi yang berkaitan dengan program berkelanjutan melonjak untuk membantu meingkatkan penjualan terkait isu etika (ethical sales). Penjualan obligasi hijau meningkat hingga dua kali lipat pada tahun ini menjadi US$478 miliar setelah debut beberapa negara seperti Inggris, Italia, dan UE sendiri.
Namun, perusahaan penerbit instrumen investasi berbasis lingkungan, sosial, dan pemerintahan (ESG) ini mendapat banyak kritikan karena dinilai terlalu lemah dalam menetapkan target dengan melebih-lebihkan keuntungan.
Bahkan, sejumlah perusahaan minyak, termasuk bandara dan kontributor polutan lainnya, telah menjual obligasi hijau dan SLB secara kontroversial.
Untuk itu, tuntutan dari pembuat kebijakan ini akan menghalangi penjualan obligasi hijau. Namun, tetap ada celah bagi perusahaan ini untuk menghindari standar lingkungan Uni Eropa jika aturan tersebut diberlakukan secara sukarela.
Sementara itu, Bank Sentral Eropa (ECB) pada November menyatakan bahwa standar obligasi hijau harus berlaku secara mandatori untuk penerbitan baru dalam 3-5 tahun ke depan. Usulan saat ini memberi ruang bagi para emiten untuk terus menggunakan pedoman industri sukarela yang ada untuk mengakses utang berkelanjutan.