Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tertekan Pandemi, 25 Persen Bisnis Waralaba Mulai Kembali ke Level Normal

Data yang dihimpun Kementerian Perdagangan menunjukkan bahwa omzet bisnis waralaba masih di kisaran Rp54,4 miliar, tetapi tumbuh stabil 5 persen setiap tahunnya.
Aneka Franchise./Ilustrasi
Aneka Franchise./Ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA – Asosiasi waralaba melaporkan bahwa sekitar 25 persen usaha dengan model bisnis franchise mulai pulih ke kondisi sebelum pandemi, setelah sekitar 90 persen usaha terdampak Covid-19.

Ketua Perhimpunan Waralaba dan Lisensi Indonesia (Wali) Tri Rahardjo menjelaskan bahwa selama 2020 hanya 10 persen dari total waralaba yang beroperasi di Indonesia yang mampu bertahan. Sebagian besar berasal dari sektor usaha kebutuhan pokok seperti waralaba minimarket, jasa isi ulang air minum, apotek, dan toko perlengkapan binatang peliharaan (pet shop).

“Namun berdasarkan riset kami per November 2021 sebanyak 25 persen sudah pulih 100 persen. Sementara yang 75 persen harus kita dorong untuk kembali pulih seperti sebelum Covid-19,” kata Tri dalam konferensi pers bersama Kementerian Perdagangan, Rabu (1/12/2021).

Tri meyakini bisnis waralaba akan tetap tumbuh positif pada 2022, seiring dengan dibukanya aktivitas perdagangan di mal atau pusat perbelanjaan. Dia juga tidak mengkhawatirkan momen pemulihan terganggu kebijakan PPKM yang lebih ketat jelang Natal dan Tahun Baru.

“Meski nanti ada pemberlakuan PPKM kembali, kami sudah tahu jangka waktunya, saya kira pelaku usaha sekarang lebih siap,” tambahnya.

Dia mengatakan bisnis franchise memiliki daya tarik tersendiri, terutama bagi pengusaha pemula yang ingin memulai bisnis. Model bisnis waralaba, kata dia, akan mempermudah jalannya usaha karena penerima waralaba tidak memulainya dari 0.

“Bisnisnya sudah terbukti berhasil, dan brand-nya sudah dikenal, dan memiliki standar serta ada dukungan awal dan lanjutan untuk mitra atau penerima waralabanya,” katanya.

Ketua Asosiasi Franchise Indonesia (AFI) Anang Sukandar mengatakan bisnis yang berorientasi kebutuhan jangka pendek memiliki prospek waralaba paling besar. Jenis usaha mencakup waralaba minimarket, makanan dan minuman, dan apotek.

“Kalau kita perhatikan yang kebutuhan jangka pendek ini berpeluang dikembangkan lebih lanjut pada masa ini,” kata Anang.

Data yang dihimpun Kementerian Perdagangan menunjukkan bahwa omzet bisnis waralaba masih di kisaran Rp54,4 miliar, tetapi tumbuh stabil 5 persen setiap tahunnya. Terdapat 93.732 gerai waralaba yang beroperasi dengan serapan tenaga kerja mencapai 628.622 orang.

Sektor usaha makanan dan minuman mendominasi bisnis waralaba dengan kontribusi mencapai 58,37 persen, disusul oleh ritel sebanyak 15,31 persen, dan jasa pendidikan nonformal sebesar 13,40 persen. Jasa kecantikan dan kesehatan menyusul di angka 6,22 persen, jasa penatu (laundry) 3,35 persen, dan jasa perantara perdagangan properti 3,35 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper