Bisnis.com, JAKARTA – Indonesia Mining Association (IMA) memastikan proses ekspor produk batu bara ke sejumlah negara termasuk Asia Timur hingga Jepang tidak mengalami kendala berarti di tengah kenaikan harga komoditas itu.
Pelaksana tugas Direktur Eksekutif IMA Djoko Widajatno mengatakan bahwa kepastian itu disimpulkan pihaknya berdasarkan laporan kinerja dari para pengusaha pertambangan atau eksportir baru bara.
"Tidak ada kendala, karena pembeli mengirimkan kapal yang mereka sudah pernah pakai untuk mengangkut. Terutama yang di Asia Timur sampai Jepang," katanya kepada Bisnis, Senin (29/11/2021) malam.
Selama ini, pengapalan komoditas baru bara umumnya dilakukan dengan menggunakan kapal besar seperti Handymax berkapasitas sekitar 50.000 ton atau Capesize dengan muatan sekitar 250.000 ton.
Sementara itu, kapal tongkang hanya digunakan sebagai transshipment atau mengangkut dari kapal besar ke pelabuhan atau sebaliknya. Selain itu, tongkang digunakan untuk mengirim batu bara dari tambang ke pelabuhan.
Dengan kapasitas angkut sekitar 9.000 ton - 10.000 ton, kapal tongkang akan memakan biaya besar untuk ekspor ke luar negeri. Terlebih permintaan tinggi dari beberapa negara seperti China sekitar 80 juta ton dan India 20 juta ton menyulitkan pengapalan menggunakan tongkang.
Di sisi lain, asosiasi menduga sejumlah pengusaha ingin mendapatkan keuntungan lebih dari proses pengapalan ini. Cara seperti pengusaha perkapalan Indonesia menyewa kapal untuk disewakan kembali kepada pembeli batu bara. Walhasil, oknum tersebut menjadi perantara dalam proses ekspor produk batu bara.
"Menjadi perantara tapi minta untungnya banyak," katanya.