Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekspor Non-Minyak Singapura Naik 11 Bulan Berturut-turut, Permintaan China Jadi Motor

Menurut data yang dirilis Enterprise Singapore (ESG) pada Rabu (17/11/2021), Ekspor baik elektronik maupun non elektronik tumbuh pada Oktober 2021.
Marina Bay, Singapura. /stb.gov.sg
Marina Bay, Singapura. /stb.gov.sg

Bisnis.com, JAKARTA - Ekspor domestik non-minyak Singapura (NODX) naik 17,9 persen year-on-year pada Oktober 2021. Ini merupakan pertumbuhan ke-11 bulan berturut-turut.

Menurut data yang dirilis Enterprise Singapore (ESG) pada Rabu (17/11/2021), Ekspor baik elektronik maupun non elektronik tumbuh pada Oktober 2021. Pada basis penyesuaian musiman bulan ke bulan, ekspor non-minyak meningkat sebesar 4,2 persen di bulan Oktober, mengikuti kenaikan bulan sebelumnya sebesar 1 persen.

"Ekspor elektronik terus tumbuh, mencatat peningkatan 14,9 tahun ke tahun di bulan Oktober, terutama didorong oleh sirkuit terpadu dan "permintaan semikonduktor global yang kuat", kata ESG.

Sirkuit terpadu, PC, dioda dan transistor memberikan kontribusi paling besar terhadap pertumbuhan ekspor elektronik. Pengiriman produk non-elektronik tumbuh sebesar 18,9 persen di bulan Oktober, dipimpin oleh emas non-moneter, mesin khusus dan petrokimia.

"Ekspor non-minyak ke pasar teratas secara keseluruhan naik pada Oktober 2021," kata ESG dilansir oleh Channel News Asia. Meskipun demikian, ESG mencatat ekspor Singapura ke Thailand, AS, dan Hong Kong menurun.

Kontributor terbesar kenaikan ini adalah China, Malaysia dan Taiwan. Ekspor ke China tumbuh sebesar 35,6 persen karena emas non-moneter, mesin khusus dan petrokimia

Pengiriman di Malaysia meningkat 29,4 persen pada Oktober, setelah penurunan bulan sebelumnya sebesar 4,1 persen. Ini terutama disebabkan oleh sirkuit terpadu, emas non-moneter, serta dioda dan transistor.

Ekspor ke Taiwan naik 32,7 persen karena sirkuit terpadu, mesin khusus dan petrokimia.

Ekspor Singapura ke pasar negara berkembang tumbuh sebesar 42,5 persen di bulan Oktober. Pertumbuhan ini terutama disebabkan oleh Asia Selatan, Kamboja, Laos, Myanmar dan Vietnam, serta Timur Tengah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Hadijah Alaydrus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper