Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia (BI) mencatat utang luar negeri (ULN) swasta pada kuartal III/2021 mencapai US$208,5 miliar.
Posisi tersebut meningkat sebesar 0,2 persen secara tahunan (year-on-year/yoy), setelah pada periode sebelumnya mengalami kontraksi 0,3 persen yoy.
Pertumbuhan ULN swasta tersebut disebabkan oleh pertumbuhan ULN perusahaan bukan lembaga keuangan sebesar 1 persen yoy, melambat dari 1,6 persen yoy pada kuartal II/2021.
Sementara, pertumbuhan ULN lembaga keuangan mengalami kontraksi sebesar 2,7 persen yoy, lebih rendah dari kontraksi kuartal sebelumnya sebesar 6,9 persen yoy.
Berdasarkan sektornya, ULN swasta terbesar bersumber dari sektor jasa keuangan dan asuransi, sektor pengadaan listrik, gas, uap/air panas, dan udara dingin, sektor pertambangan dan penggalian, serta sektor industri pengolahan, dengan pangsa mencapai 76,4 persen dari total ULN swasta.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menyampaikan, peningkatan ULN swasta tersebut menunjukkan bahwa dunia usaha mulai mengalami pemulihan.
Baca Juga
“Peningkatan ULN swasta mengindikasikan kebutuhan pembiayaan ke sektor swasta cenderung meningkat dan mengindikasikan pemulihan sektor-sektor ekonomi mengingat sejak awal pandemi tren ULN swasta cenderung melambat,” katanya kepada Bisnis, Selasa (16/11/2021).
Sementara, peningkatan ULN swasta yang didominasi oleh sektor pertambangan kata Josua dipicu oleh peningkatan produksi perusahaan pertambangan dalam merespon tren kenaikan harga komoditas tambang.
“Peningkatan produksi tersebut didorong dengan pembelian alat-alat berat yang juga terkonfirmasi meningkat pada periode yang sama,” jelasnya.
Di samping itu penarikan ULN oleh perusahaan pertambangan swasta, baik melalui penerbitan global bond atau fasilitas kredit dari bank di luar negeri juga mempertimbangkan suku bunga dolar Amerika Serikat yang cenderung masih rendah.
“Mengingat the Fed belum menaikkan suku bunga acuannya dalam waktu dekat ini,” kata Josua.