Bisnis.com, JAKARTA - Memanfaatkan momentum penyelenggaraan Dubai Expo, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian mengadakan forum bisnis yang membahas beberapa isu strategis untuk menarik minta para investor. Isu-isu strategis yang dibahas adalah ketenagakerjaan, energi, infrastruktur, industri, hingga kawasan ekonomi.
Kegiatan tersebut diadakan selama lima hari berturut-turut sejak 6 November hingga 10 November 2021, untuk menarik minat investor baik dari Uni Emirat Arab (UEA) maupun negara lainnya.
"Di hari pertama pelaksanaan forum bisnis Dubai Expo ini, kami membahas mengenai investasi di sektor energi dan petrokimia. Pada kesempatan berikutnya, pembahasan akan dilangsungkan untuk sektor infrastruktur jalan tol dan raya, serta dukungan pembiayaan dan penjaminan investasinya," ujar Deputi Bidang Koordinasi Pengembangan Usaha BUMN, Riset, dan Inovasi Kemenko Perekonomian Montty Girianna pekan lalu di Dubai, UEA, seperti yang dikutip dari siaran resmi, Sabtu (13/11/2021).
Khusus mengenai sektor energi, Montty menjelaskan pemerintah memiliki proyek kilang minyak skala besar dan proyek petrokimia yang dikelola oleh PT Kilang Pertamina Internasional, anak perusahaan PT Pertamina Holding. Total investasi dari proyek tersebut sekitar US$43 miliar. Proyek ini juga meningkatkan total kapasitas pengolahan kilang minyak menjadi 1,4 juta barel minyak per hari dan memproduksi 1,2 juta EURO V bahan bakar per hari.
Selanjutnya, proyek kilang minyak dengan nilai investasi US$7 miliar di Balikpapan, Kalimantan Timur, juga diharapkan bisa merombak kilang minyak yang telah ada dan telah beroperasi selama bertahun-tahun untuk meningkatkan kapasitas penyulingan dari 260 menjadi 360 ribu barel per hari. “Ini untuk meningkatkan kualitas produk dari EURO II menjadi EURO V,” tegas Montty.
Proyek kilang minyak lainnya yaitu proyek revamping (pembenahan) kilang minyak di Cilacap, Jawa Barat; Dumai, Sumatera Selatan; dan satu Grass Root Refinery, kompleks kilang dan kompleks petrokimia olefin, di Tuban, Jawa Timur. Selain itu, terdapat proyek petrokimia dengan investasi US$4 miliar yakni pabrik petrokimia TPPI Jawa Timur yang memiliki kapasitas produksi 1.000 KTPA (kilo ton per tahun) Olefin Cracker.
Baca Juga
"Jaringan Gas Kota juga telah dikembangkan oleh PT Perusahaan Gas Negara (PGN) untuk memenuhi kebutuhan konsumen rumah tangga maupun industri kecil, terutama yang bertempat tinggal berdekatan dengan sumber gas bumi yang tersedia," ujar Montty.
PT PGN juga berencana mengembangkan jaringan pipa transmisi gas di provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatera Utara, Riau, dan Kepulauan Riau. Proyek-proyek tersebut bertujuan untuk memenuhi kebutuhan gas untuk sektor industri dan kelistrikan.
Terkait dengan industri pupuk, PT Pupuk Indonesia telah menyiapkan tiga proyek di seluruh Indonesia.
Pertama, proyek pupuk BINTUNI di Papua Barat. Proyek ini akan menghasilkan amoniak 2.500 metrik ton per hari (MTPD), urea 3.500 MTPD, dan metanol sekitar 3.000 MTPD. Proyek ini diharapkan selesai pada 2026.
Kedua, pabrik pupuk (PUSRI IIIB) di Sumatera Selatan yang akan menghasilkan amoniak dan urea. Ketiga, pabrik soda ash di Jawa Timur dan di Kalimantan Timur untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
"Kami telah menyaksikan tonggak kerja sama antara PT Pertamina dan Mubadala dari UEA, dalam pengembangan kilang minyak di Balikpapan, Kalimantan Timur. Kerja sama kedua badan usaha tersebut tentunya dapat dilanjutkan untuk proyek-proyek strategis lainnya. Melalui forum bisnis di Dubai Expo 2021 ini, kami berharap akan semakin banyak lagi kemitraan antara pelaku usaha dari Indonesia dan dari UEA, serta negara lain," tuturnya.
Sebelumnya, Montty mengawali penjelasannya dengan memaparkan kondisi fundamental ekonomi tanah air di tengah pandemi Covid-19. Cadangan devisa tercatat meningkat, ekspor impor kembali normal, dan nilai tukar rupiah cukup stabil.
"Semua sektor menunjukkan perbaikan. Sektor informasi dan komunikasi serta kesehatan dan farmasi secara konsisten tumbuh positif sejak tahun lalu," tegas Montty.
Pemerintah juga telah menganggarkan US$52 miliar atau Rp744,77 triliun untuk program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), salah satunya dalam bentuk program kesehatan yaitu program vaksinasi nasional. Montty menyampaikan bahwa penanganan pandemi dan pemulihan ekonomi dilakukan secara beriringan.