Bisnis.com, BANDUNG — Derasnya arus Sungai Citarum mampu diolah untuk menjadi sumber energi yang potensial. Sungai terpanjang di Jawa Barat itu telah dimanfaatkan menjadi pembangkit listrik tenaga air (PLTA).
Salah satu PLTA yang memanfaatkan potensi dari Sungai Citarum adalah PLTA Saguling Power Generation O&M Services Unit (POMU) yang dioperatori oleh Indonesia Power.
PLTA Saguling POMU bahkan berperan penting dalam sistem kelistrikan Jawa Bali. Berkapasitas 700,72 megawatt (MW), PLTA Saguling berkontribusi sebesar 2,5 persen dari sistem Jawa-Bali yang memiliki total kapasitas 27.700 MW. PLTA ini juga berfungsi sebagai baseload, stabiliser, serta mengurangi emisi karena menggunakan EBT.
Saat terjadi kendala listrik, PLTA yang memasok kebutuhan Cibinong, Cirata, dan Bandung Selatan tersebut akan dialihkan ke jaringan Jawa dan Bali. Selain itu, PLTA Saguling POMU berfungsi sebagai pengatur frekuensi sistem dengan menerapkan load frequency control (LFC).
PLTA Saguling POMU ditopang oleh 7 sub-unit, serta 1 unit jasa operasi dan pemeliharaan pembangkit untuk menjaga keandalan pasok listriknya.
Sub Unit tersebut antara lain Sub Unit PLTA Bengkok dan Dago 3,85 MW, Sub Unit PLTA Plengan 6,87 MW, Sub Unit PLTA Lamajan 19,56 MW, Sub Unit PLTA Cikalong 19,20 MW, Sub Unit PLTA Ubrug 18,36 MW, Sub Unit PLTA Karacak 18,9 MW, serta Sub Unit PLTA Parakan Kondang 9,9 MW, serta 1 unit jasa operasi dan pemeliharaan pembangkit yaitu PLTA Rajamandala 47 MW.
"Fungsinya selain sebagai tambahan untuk menyuplai listrik di Jawa Bali juga mengamankan Jawa Bali apabila terjadi gangguan listrik," ujar Direktur Utama Indonesia Power Ahsin Sidqi saat ditemui di PLTA Saguling, Kamis (11/11/2021).
Selain PLTA Saguling, Sungai Citarum dimanfaatkan PLTA Rajamandala yang merupakan pembangkit dengan teknologi modern hasil kerja sama antara Indonesia Power dengan Kansai Electric Power Company.
PLTA Rajamandala memiliki kepasitas 47 Megawatt (MW) beroperasi sejak Mei 2019. Pembangkit itu mampu memproduksi listrik mencapai 496 MWh per hari dan 181 GWh per tahun.
Baca Juga
Sebagai pembangkit modern, PLTA Rajamandala memanfaatkan aliran sungai Citarum yang merupakan keluaran dari PLTA Saguling dengan menggunakan turbin Vertical Kaplan. PLTA ini tidak memerlukan pembangunan waduk atau bisa disebut dengan kategori PLTA run of river.
Listrik dari pembangkit yang menyerap investasi sebesar US$150 juta ini dihasilkan dengan memanfaatkan debit air 168 meter kubik dan ketinggian jatuh air 34 meter.
"PLTA Rajamandala ini sejatinya merupakan buah dari program renewable energy yang dicanangkan PLN sesuai dengan Rencana Usaha Penyedia Tenaga Listrik (RUPTL) PLN 2019-2028," jelasnya.