Bisnis.com, JAKARTA — Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman memperkirakan surplus neraca pembayaran Indonesia (NPI) akan meningkat pada 2021.
Kondisi ini didukung oleh surplus perdagangan yang diperkirakan akan bertahan pada kuartal IV/2021, di tengah permintaan eksternal yang kuat dan harga komoditas yang tinggi.
Dia memperkirakan ada potensi neraca transaksi berjalan mencatatkan surplus kecil pada 2021, dibandingkan dengan perkiraan awal defisit sebesar -1,06 persen dari PDB.
"Perkiraan kami sekarang menunjukkan bahwa neraca transaksi berjalan 2021 bisa sekitar -0,2 persen hingga 0,1 persen dari PDB," katanya, Minggu (7/11/2021).
Seiring dengan permintaan eksternal yang kuat, pemulihan ekonomi domestik, dan reformasi struktural, Faisal mengatakan neraca keuangan berpotensi mencatat surplus yang lebih tinggi tahun ini karena aliran masuk portofolio dan investasi langsung terlihat membaik.
Oleh karena itu, NPI pada 2021 diperkirakan akan mencatat surplus sekitar US$10-15 miliar, lebih tinggi dari surplus US$2,6 miliar pada 2020, didirong oleh surplus barang yang terus berlanjut, normalisasi arus masuk modal, dan tambahan Special Drawing Rights (SDR) IMF.
Baca Juga
"Menurut kami, ini cukup untuk menopang cadangan devisa Indonesia, sehingga nilai tukar rupiah stabil," jelasnya.
Pada Oktober 2021, Bank Indonesia (BI) mencatat posisi cadangan devisa Indonesia sebesar US$145,5 miliar, turun dibandingkan dengan posisi pada akhir September 2021 sebesar US$146,9 miliar.
Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 8,5 bulan impor atau 8,3 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
BI mengklaim posisi cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.