Bisnis.com, JAKARTA- Sebagai bagian dari upaya menekan emisi gas rumah kaca (GRK), APRIL Group terus memperkuat aksi pencegahan yang melibatkan komunitas untuk mencegah terjadinya kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di sekitar wilayah konsesi.
Dalam Konferensi Perubahan Iklim PBB ke-26 di Glasgow, Skotlandia, Sihol Aritonang, Direktur Utama PT Riau Andalan Pulp & Paper (RAPP), unit operasi APRIL Group, mengatakan bahwa bisnis pengelolaan hutan memang tidak dapat dilepaskan dari risiko terjadi kebakaran hutan setiap tahun.
“Dari pengalaman kami menangani kebakaran, kami membangun beberapa komponen kunci dalam manajemen pengendalian api, pertama pencegahan, kedua adalah persiapan jika terjadi kebakaran, pemberantasan kebakaran meski dan setelah api terjadi langkah berikutnya adalah pemulihan,” ujarnya, Kamis (4/11/2021) pagi waktu setempat dalam panel diskusi yang diselenggarakan di Paviliun Indonesia, di tengah penyelenggaraan COP 26 di Glasgow.
Pada kesempatan itu, dia menjelaskan tentang upaya APRIL dalam melakukan pencegahan kebakaran hutan melalui Fire Free Village Program (FFVP) atau Pogram Desa Bebas Api. Program ini, tuturnya menggunakan pendekatan multi-stakeholder yang sudah mereka lakukan sejak 2015 dengan menggandeng desa sekitar sebagai untuk ikut bersama-sama menjaga wilayahnya dari kebakaran.
Di balik konsep ini, pihaknya menyadari cara yang paling efektif adalah aspek pencegahan. Selain itu, mereka juga menyadari untuk melakukan pencegahan, perlu ada keterlibatan semua pemangku kepentingan dan menyadarkan mereka akan berbagai keuntungan yang diperoleh jika kawasan itu bebas dari kebakaran hutan.
Selama 6 tahun menjalankan program ini, APRIL sudah melibatkan 77 desa dan meliputi lebih 600.000 hektar lahan. Hasilnya, insiden kebakaran telah berkurang lebih dari 90 persen, di samping terjadi perbaikan infrastruktur di desa sebagai bentuk penghargaan
Menurut Sihol, ada 3 komponen dalam program desa bebas api yang diutamakan oleh pihaknya yakni pertama mereka ingin agar komunitas menjadi sadar tentang kebakaran. Semua orang di komunitas itu, harus paham tentang risiko dan kerugian dari kebakaran.
Kedua, tuturnya, desa peserta program itu mesti berkembang menjadi desa bebas dari kebakaran hutan sepanjang tahun dan tahap ketiga adalah membangun kapabilitas masyarakat untuk menghindari kebakaran, serta melakukan penanganan api jika terjadi kebakaran hutan.
Dia menguraikan, ada penghargaan yang diberikan oleh APRIL kepada desa yang berpartisipasi dalam program tersebut. Jika desa itu bebas dari kebakaran selama satu tahun, APRIL akan memberikan insentif.
“ Tapi kami tidak memberikan insentif berupa uang secara langsung tapi berupa program yang diputuskan oleh anggota komunitas tersebut. APRIL akan membiayai program itu, bisa berupa meningkatkan fasilitas infrastruktur di desa, pembelian perlengkapan pertanian, dan ini adalah satu dari banyak manfaat yang bisa diperoleh masyarakat jika desa mereka bebas kebakaran,” urainya.
Selain insentif, pihaknya juga menunjuk dan bekerja sama dengan crew leader di desa yang mengkoordinasikan komunitas setempat untuk mencegah terjadinya kebakaran hutan .
APRIL Group, tuturnya, juga menyadari bahwa kebakaran hutan dapat terjadi dari pembakaran lahan yang dilakukan masyarakat untuk membuka areal pertanian. Untuk mencegah hal itu, APRIL memberikan pendampingan untuk memberikan alternatif pembukaan lahan dengan cara yang berkelanjutan.
“Kita memberikan solusi alternatif dan mereka bisa mengolah lahan mereka untuk pertanian yang berkelanjutan,” ucapnya.
Di samping langkah-langkah itu, pihaknya juga melakukan kampanye yang masif kepada masyarakat tentang bahaya kebakaran hutan termasuk di sekolah, dan kelompoik arisan ibu-ibu, dan melibatkan kepala desa, tokoh agama dan tokoh masyarakat setempat.
“Kami juga memonitor secara berkala kualitas udara dan menginformasikan kepada komunitas sekitar agar mereka tahu apa capaian yang sudah mereka lakukan atau apa yang harus mereka lakukan untuk mencegah terjadinya kebakaran dan menjaga kualitas udara,” bebernya.
Dia mengatakan, program ini merupakan refleksi dari komitmen pembangunan berkelanjutan yang dicanangkan perusahaan yakni APRIL 2030. Salah satu komitmen dalam visi ini adalah mencapai Iklim Positif, dengan target mencapai net zero emmision dari penggunaan lahan pada tahun 2030.
Senada dengan itu, Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Alue Dohong menyoroti bagaimana kolaborasi multi-stakeholder memainkan peran penting dalam memerangi kebakaran hutan.
“Tentu dalam mengatasi kebakaran hutan dan lahan, tidak ada instansi pemerintah yang bisa sendiri tanpa dukungan dan koordinasi dengan instansi dan pemangku kepentingan lain, termasuk masyarakat dan swasta,” kata Alue.
Sebagai salah satu produsen pulp dan kertas terbesar di Indonesia, APRIL Group juga turut aktif mendukung pengurangan emisi karbon dengan mengoptimalkan penggunaan energi terbarukan dalam kegiatan operasionalnya.
Selain memaksimalkan penggunaan biomassa, APRIL juga tengah membangun instalasi panel Surya berkapasitas 20 megawatt yang rencananya akan selesai seluruhnya pada 2025.