Bisnis.com, JAKARTA - Perusahaan memiliki peran yang krusial dalam menghadapi tantangan perubahan iklim global, yang dampaknya tidak hanya terasa pada lingkungan, tetapi juga pada aspek sosial dan ekonomi. Dalam konteks ini, praktik bisnis berkelanjutan menjadi kunci bagi sektor swasta dalam mendukung upaya mitigasi perubahan iklim.
Di Indonesia, banyak perusahaan yang mengadopsi berbagai model bisnis untuk memastikan keberlanjutan produksi mereka. Di bidang pengelolaan sumber daya alam kehutanan, produsen kertas “PaperOne”, APRIL Group, menerapkan model produksi-proteksi dalam pengelolaan hutan untuk memastikan keberlanjutan sumber produksinya.
Melalui pendekatan produksi-proteksi, hutan tanaman industri (HTI) yang dikelola oleh APRIL menjadi benteng pelindung bagi area hutan alam yang dilindungi dan direstorasi. Dilansir dari lama resmi APRIL Group, model produksi-proteksi mengintegrasikan hutan tanaman industri dan area restorasi hutan alam.
Pendekatan ini menjaga kelestarian hutan dari ancaman eksternal, sekaligus menghasilkan pendapatan yang dialokasikan kembali untuk kegiatan konservasi dan restorasi hutan. Dalam dekade terakhir, model ini terbukti efektif dalam restorasi lanskap hutan di Riau, dan dapat diterapkan secara lebih luas sebagai solusi konservasi di seluruh Indonesia.
Pada COP29 di Baku, Azerbaijan, Sihol Aritonang, Direktur Utama PT Riau Andalan Pulp and Paper, unit operasional APRIL Group, memaparkan bahwa produksi-proteksi merupakan bagian penting dari strategi perusahaan terhadap pencapaian Forest and Other Land Use (FOLU) Net Sink pada 2030. Seperti diketahui, pengelolaan hutan berkelanjutan dan kegiatan restorasi merupakan contributor utama untuk mencapai FOLU Net Sink 2030.
“Pendekatan model produksi-proteksi efektif karena keberadaan hutan produksi melindungi hutan alam dari berbagai potensi ancaman,” kata Sihol.
Cara kerjanya, APRIL Group mengembangkan konsep ‘Ring Plantations’ atau penanaman melingkar/cincin, dimana hutan tanaman akasia ditanam di sepanjang pinggiran konsesi, menciptakan zona penyangga (buffer) yang menjaga kelestarian hutan alam di bagian inti/tengah. Pendekatan model Ring Plantations ini meminimalisir kemungkinan terjadinya pembalakan liar dan perambahan manusia.
Lingkaran ini menjadi kunci dalam model pengelolaan lanskap APRIL untuk melindungi hutan dan keanekaragaman hayati di dalamnya, serta berperan juga dalam pengelolaan air dan pencegahan kebakaran. Pengelolaan tinggi muka air tanah yang efektif meminimalkan penurunan permukaan gambut dan emisi karbon, sambil mempertahankan produktivitas tanaman. Manajemen aktif APRIL di HTI dan hutan restorasi juga memastikan kesiapan tanggap darurat kebakaran serta program pencegahan kebakaran yang menjaga masyarakat sekitar tetap aman.
Komitmen 1-for-1
Bagian penting dari pendekatan produksi-proteksi adalah komitmen APRIL untuk mengkonservasi dan merestorasi hutan alam dengan luas yang sama dengan hutan tanaman industri (HTI) yang dikelola, atau yang disebut dengan 1-for-1 commitment.
Menurut Laporan Keberlanjutan APRIL 2023, perusahaan telah mengkonservasi hutan alam seluas 362.136 hektare untuk mengimbangi area HTI seluas 454.021 hektare. Dengan rasio ini, APRIL telah mencapai 80 persen dari komitmen 1-for-1. Total area konservasi tersebut termasuk kawasan Restorasi Ekosistem Riau (RER), proyek restorasi hutan gambut di Semenanjung Kampar dan Pulau Padang yang mencakup luas 150.693 hektare, setara dengan dua kali luas Singapura. RER kini menjadi rumah bagi 896 spesies flora dan fauna, termasuk spesies yang terancam punah menurut daftar International Union for Conservation of Nature (IUCN).
Hutan Restorasi Ekosistem Riau (RER) di Semenanjung Kampar, Riau
Komitmen ini merupakan bagian dari Sustainable Forest Management Policy (SFMP) 2.0 yang diterapkan oleh APRIL sejak 2015. Kebijakan ini mencakup komitmen perusahaan untuk tidak melakukan deforestasi, pengelolaan lahan gambut yang terbaik, serta mendukung keterlibatan masyarakat lokal dalam upaya perlindungan hutan.
Pada 2020, komitmen APRIL terhadap konservasi, restorasi, dan pengelolaan hutan berkelanjutan semakin diperkuat dengan peluncuran komitmen satu dekade, yaitu APRIL2030.
Sebagai bagian dari komitmen ini, APRIL menjalankan inisiatif pendanaan unik yang dikenal dengan 1 dolar per ton. Inisiatif ini mengalokasikan 1 dolar AS untuk setiap ton serat yang dipanen guna mendukung program restorasi dan konservasi. Pada 2023 saja, APRIL berhasil mengumpulkan hampir 15 juta dolar AS untuk kegiatan tersebut, dan sejak peluncurannya pada 2020, total dana yang terkumpul mencapai sekitar 35 juta dolar AS.
Inisiatif ini juga merupakan kelanjutan dari komitmen APRIL pada COP21 di Paris pada 2015, untuk menginvestasikan 100 juta dolar AS dalam upaya konservasi dan RER selama sepuluh tahun ke depan.
Melalui semua inisiatif yang dijalankan, APRIL berharap dapat terus memberikan dampak positif bagi lingkungan dan masyarakat, sekaligus mendorong pertumbuhan yang berkelanjutan bagi perusahaan.