Bisnis.com, JAKARTA – Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) memperkirakan produksi tembakau akan turun hingga 30 persen mempertimbangkan cuaca buruk dan kemarau basah yang mempengaruhi output.
Ketua Umum APTI Soeseno mengatakan penurunan produksi pada 2021 menandai tahun kedua berturut-turut petani merugi.
"Tembakau tahun ini jelek karena kemarau basah, kira-kira turun sampai 30 persen. Kemarin waktu panen, hujan terus, banyak tembakau rusak," katanya ketika dihubungi, Selasa (2/11/2021).
Dia mengaku belum dapat menghitung angka proyeksi produksi sampai akhir tahun karena serapan pasar masih berjalan. Menghadapi rencana kenaikan tarif cukai hasil tembakau (CHT) pada tahun depan, Soeseno mengatakan tekanan pada petani akan bertambah sehingga kemungkinan akan kembali memangkas produksi.
Pada musim pasar tahun ini, yang berlangsung pada September-Oktober, pemerintah urung mengumumkan keputusan kenaikan tarif CHT. Hal itu menyebabkan gejolak harga di pasar menjadi berkurang, meski nilainya juga tidak lebih baik dibandingkan dengan tahun lalu.
"Tetap saja harga tembakau tidak bagus, karena memang musim tidak mendukung. Banyak tembakau secara kualitas tidak memenuhi standar," lanjutnya.
Sementara itu, mengutip data Kementerian Pertanian, produksi tembakau nasional tercatat sebesar 261.439 ton pada tahun lalu, atau terkontraksi 3,1 persen secara year-on-year.
Adapun, pada tahun ini produksi tembakau diproyeksikan mencapai 261.011 atau turun 0,16 persen dari tahun lalu. Sebaliknya menurut luas areal, Kementan memperkirakan pada 2021 kebun tembakau nasional mencapai 236.687 ha, bertambah dari tahun lalu 236.103 ha.