Dirut Enggan Menanggapi
Dalam kesempatan pertama Direktur Utama PT Garuda Indonesia Tbk. (GIAA) Irfan Setiaputra enggan menanggapi tudingan liburan bersama keluarga menggunakan fasilitas kantor.
Irfan memilih lebih fokus mengerjakan apa yang ada di depan mata terutama perkara restrukturisasi utang. "Saya fokusnya membereskan restrukturisasi Garuda dan menyiapkan Garuda setelah restrukturisasi saja, baik dari sisi bisnis, operasional, maupun values," katanya, Selasa (26/10/2021).
Adapun proses restrukturisasi utang Garuda Indonesia tampaknya memakan waktu yang cukup lama di tengah isu rencana pemerintah mempailitkan perusahaan penerbangan pelat merah ini. Sebagai informasi, dari 32 lessor yang memberikan kredit dan penyewaan pesawat kepada Garuda Indonesia, seluruhnya masih dalam proses negosiasi.
Proses restrukturisasi keuangan, yang didalamnya meliputi restrukturisasi utang yang dalam pelaksanaannya dibantu oleh beberapa konsultan pendamping, sampai dengan saat ini prosesnya masih terus berlanjut dan merupakan fokus utama Perseroan.
Sebelumnya, beredar informasi Kementerian Negara BUMN membuka opsi mempailitkan Garuda Indonesia (GIAA) yang merugi US$2,44 miliar. Tindakan tersebut dilakukan bila proses restrukturisasi utang dengan kreditur menemui jalan buntu.
Wakil Menteri II BUMN Kartika Wirjoatmodjo, negosiasi restrukturisasi utang GIAA dilakukan dengan seluruh lender, lessor pesawat, hingga pemegang sukuk global. Negosiasi moratorium utang dan restrukturisasi kredit dilakukan tiga konsultan yang ditunjuk Kementerian Negara BUMN.
“Kalau mentok ya kita tutup, tidak mungkin kita berikan penyertaan modal negara karena nilai utangnya terlalu besar,” kata Tiko.
Sebelas kreditur dalam negeri telah mencapai kesepakatan restrukturisasi utang pada September lalu. Meski demikian, negosiasi dengan kreditur dan lessor masih alot dan membutuhkan waktu yang panjang. "Lessor-nya ada banyak banget, 32. Apakah bisa berhasil? Saya bilang peluang 50:50,’’ ungkap Tiko, dalam diskusi dengan sejumlah pemimpin redaksi.