Bisnis.com, JAKARTA – Kenaikan harga minyak dunia menekan kinerja keuangan PT Pertamina (Persero) di sektor hilir. Tingginya harga minyak membuat keeknomian dari penjualan bahan bakar minyak atau BBM menjadi terdampak karena tidak adanya penyesuaian harga jual.
Sebelumnya, Pertamina hanya melakukan penyesuaian harga untuk jenis Pertamax Turbo (RON 98) menjadi Rp12.300 per liter, dari sebelumnya Rp9.850 per liter. Selain itu, Pertamina juga menyesuaikan harga Pertamina Dex (CN 53) menjadi Rp11.150 per liter dari Rp10.200 per liter.
Sementara itu, untuk jenis bahan bakar umum lainnya, seperti Pertalite dan Pertamax sampai dengan saat ini belum adanya penyesuaian harga.
“Tentu pendapatan dan laba di sektor hilir cukup tertekan dalam kondisi ini, namun sekali lagi Pertamina juga mempertimbangkan penurunan daya beli masyarakat pascapandemi Covid-19,” ujar Pjs. Corporate Secretary PT Pertamina Patra Niaga Subholding Commercial & Trading Irto Ginting kepada Bisnis, Rabu (27/10/2021).
Dia mengatakan, pihaknya terus mencari jalan tengah bersama dengan pemerintah agar nantinya harga BBM bisa mencapai keekonomian yang sesuai dengan harga minyak saat ini, tetapi tetap mendukung pergerakan keekonomian di dalam negeri.
Menurutnya, opsi yang ada adalah kompensasi yang akan ditanggung pemerintah agar harga BBM tidak mengalami kenaikan.
Baca Juga
“Masih progres pembahasan dengan kementerian terkait,” jelasnya.
Seperti diketahui, pemerintah akan memberikan kompensasi kepada Pertamina untuk menjaga keekonomian perusahaan pelat merah itu, dan memastikan harga BBM di masyarakat tidak mengalami kenaikan.
Direktur Pembinaan Usaha Hilir Migas Kementerian ESDM Soerjaningsih mengatakan bahwa harga jual jenis BBM umum pada prinsipnya akan mengikuti perkembangan harga minyak dunia. Namun, di tengah kondisi pandemi Covid-19, kenaikan harga BBM akan sulit diterima oleh masyarakat.
“Penyesuaian harga BBM agar Pertamina tidak merugi, ini akan dibahas bagaimana kompensasi kepada Pertamina. Kenaikan harga BBM ini sebenarnya juga mungkin masih sulit diterima oleh masyarakat yang kondisinya baru mau pulih Covid-19. Jadi kemungkinan adalah pemerintah yang mengalah sama rakyat biar tetap tenang tidak ada inflasi,” jelasnya.