Bisnis.com, JAKARTA – Industri minuman beralkohol bersiap untuk kembali bergeliat di tengah gencarnya upaya promosi pembukaan kembali Bali dan Kepulauan Riau untuk wisatawan mancanegara.
Sekjen Asosiasi Pengusaha Importir dan Distributor Minuman Impor (APIDMI) Ipung Nimpuno mengatakan bahwa stok minuman beralkohol (minol) saat ini masih tinggi, karena konsumsi selama masa pembatasan sangat rendah.
Dia juga menyebut, telah ada perbaikan serapan sejak pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) dilonggarkan, meski tidak signifikan.
“Ya kalau industri siap saja [menghadapi pembukaan pariwisata]. Stoknya tinggi karena serapan di pasarnya rendah,” katanya kepada Bisnis, Selasa (26/10/2021).
Meski ada optimisme pemulihan dengan pembukaan kembali kantong-kantong wisatawan mancanegara (wisman), Ipung mengatakan, proses menuju tingkat sebelum pandemi akan membutuhkan waktu hingga 2 tahun.
Hal itu selaras dengan penurunan tajam industri pariwisata dan perkiraan rentang waktu pemulihannya.
Baca Juga
Sebab, di sekitar Jakarta saja terdapat lebih dari 3.000 tempat makan dan restoran yang gulung tikar dengan potensi 1.400 lainnya. Hal itulah yang dinilai menjadi ganjalan besar bagi pemulihan industri minol.
“Bayangkan ada bisnis restoran tutup, berharap ada penambahan [restoran] baru butuh waktu lama. Untuk kembali normal butuh perkiraannya sampai 2 tahun," ujarnya.
Dengan kondisi industri yang masih berjibaku dengan dampak berkepanjangan dari pandemi, Ipung berharap, pemerintah tidak menaikkan cukai minuman beralkohol pada tahun depan.
Ipung menilai, kenaikan cukai minuman beralkohol akan menguntungkan pelaku barang ilegal di dalam negeri.
“Kalau dengan kondisi kita sedang suffering, cukai dinaikkan, justru akan memberikan insentif kepada pelaku black market,” katanya.