Bisnis.com, JAKARTA – Schneider Electric mendukung proyek dekarbonisasi Indonesia mencapai karbon netral di 2060. Perusahaan akan terlibat pada penguatan sistem kelistrikan, infrastruktur kendaraan listrik (electric vehicle/EV), hingga sistem pada panel surya.
Senior Vice President, Sustainable Development at Schneider Electric Xavier Denoly berbagi cerita dengan Bisnis terkait upaya dan dukungan perusahaan dalam menekan emisi karbon.
Dia mengatakan bahwa perusahaan perangkat digital selama ini telah menjadi bagian dalam mewujudkan energi bersih sebagai ecostructure platform yang digunakan untuk menyalurkan energi secara lebih efisien.
Dalam pembangkit energi terbarukan, perusahaan memiliki sejumlah sistem termasuk untuk panel surya dengan penggunaan sederhana. Sistem tersebut dapat digunakan untuk jaringan listrik rumah tangga, pedesaan hingga pulau terisolir sekalipun.
Pada pembangkit surya ini misalnya, sistem Schneider Electric dapat menyalurkan energi bersih ke pengguna. Namun hal tersebut berhubungan langsung dengan listrik dari PT PLN (Persero).
“Misalnya untuk mengoperasikan mini grid untuk menghidupkan pabrik lokal di satu lokasi pada siang hari ketika matahari bersinar, dan ketika pada malam hari bisa mengambil pasokan dari energi PLN,” katanya kepada Bisnis.
Baca Juga
Akan tetapi, lanjutnya, apabila tidak ada jaringan listrik dari PLN, Schneider dapat menggunakan sistem penyimpanan pada panel surya untuk kemudian digunakan saat malam hari.
“Kami bukan perusahaan pembangkit listrik, tapi kami punya sistem yang sangat efisien pada tahap lokal yang bisa menyediakan listrik bagi orang yang tidak punya akses pada energi,” tuturnya.
Kendaraan Listrik
Xavier menuturkan bahwa perusahaannya juga ingin terlibat dalam industri EV. Pasalnya, Indonesia telah memulai proyek prestisius untuk mengembangkan pabrik baterai kendaraan.
Meski tidak terlibat dalam produksi kendaraan listrik, Schneider berperan dalam penyediaan infrastruktur sistem pada stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU).
Terkait hal ini, Schneider telah bekerja sama dengan PLN untuk mengembangkan pilot project penyediaan stasiun pengisian kendaraan listrik di sejumlah kota di Indonesia. Pilot project tersebut masih dikembangkan di Jakarta.
Menurutnya, pengembangan tersebut harus dilakukan secara serius. Selain memerlukan kapasitas listrik memadai, proyek itu harus mendapat dukungan dari seluruh stakeholder dari sumber energi.
Xavier juga menekankan penyediaan sumber energi untuk stasiun pengisian kendaraan listrik harus berasal dari energi terbarukan. “Jika listrik itu berasal dari batu bara, maka akan gagal total,” ujarnya.
Di sisi lain, menurutnya, transformasi energi dari fosil ke energi baru terbarukan cukup penting bagi Indonesia. Keberadaan energi terbarukan dinilai akan berdampak pada masa depan.
Namun, hal itu merupakan tantangan besar bagi Indonesia dengan cadangan energi fosil yang melimpah, seperti batu bara.
“Jadi pertanyaan besarnya bagi Indonesia, bagaimana menghilangkan tenaga listrik berbasis batu bara dan ini sangat menantang untuk memahami bahwa batu bara itu tersedia banyak di Indonesia,” terangnya.