Bisnis.com, JAKARTA – Stimulus Pajak Pertambahan Nilai ditanggung pemerintah (PPN-DTP) untuk menggairahkan sektor properti tidak berdampak signifikan pada kinerja penjualan apartemen.
Head of Research Jones Lang LaSalle (JLL) Yunus Karim mengatakan bahwa ada beberapa apetemen yang mengalami penjualan positif akibat insentif PPN-DTP.
Namun demikian, jumlah apartemen yang terjual akibat adanya stimulus itu tidak begitu besar apabila dibandingkan dengan penjualan rumah tapak.
“Jadi memang insentif PPN ini berdampak besar pada penjualan rumah tapak. Kalau untuk apartemen sangat sedikit dampaknya, hanya beberapa apartemen yang berada di lokasi dekat dengan akses transportasi, mixed used, dan harga yang bagus,” ujarnya dalam konferensi pers virtual, Selasa (19/10/2021).
Yunus menerangkan, penjualan produk apartemen atau kondominium di Jakarta sempat mengalami kejayaan pada 2014, yang saat itu mencapai level 75 persen.
Akan tetapi, setelah tahun 2014 penjualan produk apartemen di Jakarta tertekan berada di level 60-an persen. Hingga kuartal III/2021, tingkat penjualan apartemen hanya berada di level 62 persen.
Pada kuartal III/2021 tak ada produk apartemen baru yang diluncurkan. Pasalnya, sejak 2015 respons pasar dan permintaan terhadap apartemen menurun, sehingga membuat para pengembang berhati-hati dan membatasi peluncuran produk baru.
“Para pengembang berhati-hati dalam meluncurkan produk baru. Puncaknya pada tahun lalu, di mana peluncuran sangat terbatas, yakni 1.000 unit. Memang juga mendapatkan respons dari pasar kurang lebih 10 persen ketika produk ini diluncurkan, sehingga memang di kuarta III/2021 ini tak ada peluncuran produk baru,” katanya.
Para pengembang, lanjutnya, saat ini masih fokus menjual unit apartemen yang telah ada. Terbatasnya permintaan apartemen juga berdampak pada harga jual yang relatif tidak ada pergerakan karena pengembang cenderung tidak menaikan harga.
“Apabila dilihat dari proyek per proyek, produk dengan harga yang terjangkau dan berada di titik transit dimungkinkan mendapatkan respons pasar yang baik dibandingkan dengan proyek lain,” ucap Yunus.
Di kawasan Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi, kondisi penjualan apartemen sama seperti di Jakarta yang masih mengalami pelemahan dan cenderung terbatas permintaannya.
Tingkat penjualan apartemen di wilayah Bodetabek rerata sebesar 68 persen, di mana yang paling tinggi tingkat penjualannya ada di Tangerang sebesar 71 persen, Depok 67 persen, Bekasi 65 persen, dan Bogor 55 persen.
“Tingkat penjualan di Tangerang di atas rata-rata, yakni 71 persen mengingat banyak kota mandiri yang juga merambah ke hunian vertikal,” ujarnya.
Adapun, penjualan apartemen di Bodetabek pada kuartal III/2021 mencapai sekitar 2.500 unit. Hingga kuartal III/2021, terdapat sekitar 3.200 unit pasokan baru apartemen yang diluncurkan di Bodetabek.
“Ada empat proyek baru yang diluncurkan di Tangerang dan Bekasi, sebagian besar proyek ini merupakan fase lanjutan dari proyek yang sudah ada,” ucapnya.