Bisnis.com, JAKARTA — Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan potensi luas lahan panen padi pada tahun 2021 sebesar 10,52 juta hektare atau mengalami penyusutan sebesar 0,14 juta hektare jika dibandingkan dengan tahun lalu yang sempat mencapai 10,66 juta hektare.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Margo Yuwono mengatakan penurunan itu terjadi karena adanya penyusutan realisasi luas lahan panen padi sepanjang Januari hingga September tahun ini sebesar 0,24 juta hektare.
“Kalau kita hitung secara persentase turun sebesar 2,64 persen kalau dibandingkan kondisi 2020 pada periode yang sama di mana luas panen pada Januari-September itu sebesar 9,01 juta hektare,” kata Margo melalui keterangan pers daring, Jumat (15/10/2021).
Di sisi lain, Margo mengatakan potensi luas panen padi sepanjang Oktober hingga Desember tahun ini sebesar 1,75 juta ton. Artinya ada peningkatan sebesar 0,1 juta hektare atau 5,8 persen jika dibandingkan dengan proyeksi tahun lalu.
“Kita bisa memperkirakan berapa luas panen padi sepanjang tahun 2021 ini,” kata dia.
Studi Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) menyatakan perluasan lahan pertanian tidak menjamin ketahanan pangan nasional. Ekspansi lahan justru berisiko merusak lingkungan dan memperburuk krisis iklim.
“Jumlah penduduk terus meningkat. Namun jumlah lahan yang tersedia akan tetap sama dan harus berbagi dengan kebutuhan infrastruktur dan industrialisasi,” kata Kepala Penelitian CIPS Felippa Ann Amanta dalam keterangan tertulis, Selasa (12/10/2021).
Dia mengatakan perluasan area pertanian tidak serta-merta menjawab tantangan naiknya kebutuhan pangan. Karena itu, kemampuan produktivitas di lahan pertanian yang ada perlu ditingkatkan.
Namun, dia tidak memungkiri jika produktivitas sektor pertanian di Indonesia masih rendah. Hal ini, menurutnya, turut dipengaruhi oleh kurangnya riset dan inovasi, serta keterbatasan adopsi praktik budidaya yang baik dan penggunaan teknologi pertanian.