Bisnis.com, JAKARTA - Apple Inc., akan menghadapi tantangan berat di China seiring dengan tindakan ketat dari Pemerintahan Xi Jinping yang berusaha menerjang perusahaan teknologi.
Dalam waktu kurang dari setahun, China telah mengubah dunia internet terbesar di dunia dengan mengintervensi bisnis Alibaba hingga Tencent dengan membuat aturan seputar antimonopoli dan perlindungan data. Hingga saat ini, Apple Inc., masih beroperasi tanpa cedera.
Namun, kekhawatiran mulai muncul setelah pengadilan tinggi China memberikan hak kepada konsumen untuk menuntut Apple atas dugaan penyalahgunaan penguasaan pasar. Hal ini akan mengancam perusahaan yang App Store-nya memelopori model ekosistem tertutup untuk memusatkan data pengguna dan kontrol penerbitan.
Kampanye Xi telah mengancam Apple yang telah dikembangkan yang memiliki nilai perusahaan US$2,4 triliun dan sebagai produsen terkemuka. Apple adalah pemain AS dengan profit paling besar di China, mengalahkan Google milik Alphabet Inc., hingga Facebook Inc.
Regulator China tengah fokus mengurangi pengaruh perusahaan teknologi terbesar China karena khawatir akan menciptakan pengaruh besar yang dapat menimbulkan ancaman jangka panjang bagi Partai.
“[Apple] perlu bermain berbeda untuk mengadaptasi kondisi pasar China. Perusahaan perlu sangat hati-hati untuk tidak jatuh ke dalam segala aktivitas monopoli. Itu adalah yang sedang diamati oleh Pemerintah China," kata Vice President Canalys Nicole Peng.
Baca Juga
Sebelumnya, Epic Games Inc., telah melayangkan tuntutan kepada Apple terkait dengan perilaku monopoli, hal yang juga menjadi komplain bagi pengembang di seluruh dunia.
Model iOS dinilai memeras pembuat konten secara tidak adil dengan apa yang disebut pajak Apple. Korea Selatan pada Agustus telah mengeluarkan UU yang memaksa Apple dan Google untuk membuka toko seluler mereka ke opsi pembayaran yang lain. Anggota parlemen AS mendesak tindakan serupa.
Mahkamah Agung China pada September memberikan lampu hijau untuk kasus yang diajukan oleh konsumen individu yang menuduh biaya aplikasi Apple tidak adil. Apple menolak mengomentari keputusan tersebut. Perusahaan mengatakan biaya App Store yang dikenakannya adalah demi keamanan pengguna.
"Apple berdiri berseberangan dari sisi konsumen dan pengembang. Oleh karena sistem monopoli tetutup yang diciptakan, Apple dapat menaikkan harga sesuai yang diinginkan," ujar Wang Qiongfei, pengacara Kinding Law Firm yang mewakiliki penggugat Jin Xin.
Apple juga tidak sepenuhnya tergantung dengan China karena mitranya, Foxconn telah menjadi suplier iPhone terbesar dan menghasilkan pendapatan hingga US$275 miliar per tahun.
App Store telah menghasilkan penghasilan lebih tinggi dibandingkan 4-5 tahun terakhir. Pengeluaran konsumen pada platform iOS telah mencapai US$9,1 miliar di China selama semesteri I/2021, naik 25 persen dibandingkan tahun lalu, menurut aplikasi analitik dan data App Annie.
Apple telah berpartisipasi pada program pendidikan, mempekerjakan jutaan orang di seluruh rantai pasokan dan bekerja sama dengan perusahaan China seperti Luxshare Precision Industry Co., dan BOE Technology Group Co.
Media pemerintah, yang biasanya melaporkan sesuai dengan sanksi pemerintah, telah mengejar Apple sejak 2013, ketika Chief Executive Officer Tim Cook dipaksa untuk meminta maaf setelah penyiar negara CCTV mengkritik standar layanan pelanggan perusahaan.
Setahun setelahnya, outlet yang sama menuduh iPhone menimbulkan risiko keamanan. Pada tahun 2017, Beijing menyelidiki laporan antimonopoli terkait dengan dominansi Apple. Alhasil, tekanan dari regulator juga memaksa Apple untuk menutup layanan utama seperti iTunes Movies dan iBooks -- yang tetap tidak beroperasi.