Bisnis.com, JAKARTA – Ketua Umum Serikat Penyelenggara Haji dan Umrah Indonesia (Sapuhi) Syam Resfiadi menyatakan belum memperoleh kepastian jadwal keberangkatan jemaah umrah Indonesia ke Arab Saudi.
Ia mengatakan masih perlu proses persiapan dari kedua negara untuk memastikan keberangkatan jemaah umrah dari Tanah Air sesuai dengan prosedur yang ditetapkan otoritas Arab.
“Utamanya adalah link untuk sertifikasi vaksin. Sistem kita [PeduliLindungi] harus di-link-kan dengan Arab Saudi dan itu yang masih dikoordinasikan,” ujar Syam saat dihubungi pada Senin, 11 Oktober 2021.
Syam menjelaskan tahapan yang dijajaki Indonesia ihwal pembukaan umrah baru sampai proses negosiasi antar-departemen. Indonesia, kata Syam, masih menyisir hambatan-hambatan yang berpotensi muncul saat pintu keberangkatan ke Tanah Suci dibuka, seperti masalah karantina, vaksinasi, dan sistem yang terintegrasi.
Menurut Syam, saat ini seluruh sistem keberangkatan umrah belum menunjukkan status 'on' kendati Pemerintah Indonesia menyebut sudah ada lampu hijau dari Otoritas Arab Saudi. “Semua masih off,” ujar dia.
Meski belum memperoleh kejelasan, Syam mengatakan penyelenggara umrah tetap menjalankan persiapan. Di antaranya pembuatan brosur hingga penghitungan ulang harga paket ibadah. Syam memungkinkan terjadi kenaikan harga akibat adanya penyesuaian protokol kesehatan.
Baca Juga
“Seperti hotel, sekarang satu kamar harus diisi dua orang. Kemudian ada pembatasan kapasitas maksimal 50 persen sehingga harga meningkat,” ujar Syam.
Dia memperkirakan kenaikan harga per paket mencapai Rp5 juta dari semula Rp20 juta menjadi Rp25 juta. Selain penyesuaian paket, persiapan lainnya adalah merekrut kembali karyawan untuk bekerja di agen-agen perjalanan. Musababnya selama pandemi, agen perjalanan telah menonaktifkan karyawannya.
Syam melanjutkan, agen perjalanan juga akan memastikan vaksin para calon jemaah sesuai dengan yang disyaratkan oleh Arab Saudi. Saat ini, Arab Saudi baru mengakui beberapa merek vaksin, seperti Moderna, AstraZeneca, Jhonson and Jhonson, dan Pfizer.
Dengan demikian, jemaah asal Indonesia yang sebelumnya mendapatkan vaksin Sinovac dan Sinopharm harus memperoleh suntikan ketiga dengan merek vaksin sesuai yang diakui oleh otoritas Arab. “Namun masalahnya vaksin booster kita kan baru untuk tenaga medis. Ini yang masih menjadi pertimbangan,” ujar Syam.
Jika sudah ada kepastian jadwal umrah, Syam mengatakan jemaah yang akan diberangkatkan ialah mereka yang telah terdaftar dalam antrean sejak Maret 2020. Hingga kini, terhitung ada 62.000 jemaah yang tertunda keberangkatannya.
Sebelum ibadah ke Tanah Suci terlaksana, penyelenggara pun, kata Syam, tidak diizinkan membuka pendaftaran calon jemaah baru karena masih tingginya ketidakpastian ihwal regulasi tersebut.