Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Permintaan Energi Sejumlah Negara Meningkat, APBN Akan Tuai Berkah

Pulihnya perekonomian dari dampak pandemi Covid-19 dan datangnya musim dingin membuat kebutuhan energi di banyak negara meningkat.
Petugas mengecek instalasi di PLTP Kamojang, Garut, Jawa Barat, Rabu (8/9/2021). Pertamina menargetkan penurunan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) pada tahun 2030 diantaranya melalui pemanfaatan energi rendah karbon dan efisiensi energi sebagai komitmen perseroan terhadap implementasi Environmental, Social and Governance (ESG). ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso
Petugas mengecek instalasi di PLTP Kamojang, Garut, Jawa Barat, Rabu (8/9/2021). Pertamina menargetkan penurunan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) pada tahun 2030 diantaranya melalui pemanfaatan energi rendah karbon dan efisiensi energi sebagai komitmen perseroan terhadap implementasi Environmental, Social and Governance (ESG). ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso

Bisnis.com, JAKARTA — PT Bahana TCW Investment Management menilai tingginya permintaan energi dari sejumlah negara berpotensi meningkatkan pendapatan negara bukan pajak atau PNBP sehingga berdampak positif bagi anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN).

Chief Economist Bahana TCW Budi Hikmat menyatakan adanya krisis energi di sejumlah negara, baik Amerika Serikat, di kawasan Eropa, maupun di kawasan Asia. Pulihnya perekonomian dari dampak pandemi Covid-19 dan datangnya musim dingin membuat kebutuhan energi di banyak negara meningkat.

Menurutnya, kelangkaan pasokan gas, naiknya harga gas, naiknya tarif listrik, dan kesulitan mendapatkan bahan bakar minyak (BBM) menjadi beberapa alasan penyebab terjadi krisis energi.

Budi menilai krisis itu lebih kepada supply shock karena secara umum permintaan mulai tumbuh tetapi rantai pasokan belum siap kembali ke level produksi seperti sebelum pandemi Covid-19.

"Meski krisis energi yang melanda berbagai negara di dunia dapat menjadi sentimen negatif bagi pemulihan ekonomi Indonesia, tetapi di sisi lain, hal ini memberikan peluang besar bagi Indonesia terutama dari sisi penerimaan negara," ujar Budi pada Senin (11/10/2021).

Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) saat ini mayoritas berasal dari pendapatan perdagangan komoditas. Hingga Agustus 2021, sektor itu telah mencatatkan 93,1 persen dari target pendapatan dalam APBN 2021.

"Jika kita dapat memaksimalkan komoditas unggulan kita yang saat ini harganya rally, bukan tidak mungkin pada akhir tahun PNBP kita akan melebihi target pemerintah. Tentu ini adalah peluang besar yang dapat kita maksimalkan,” ujar Budi.

Dia meyakini jika tren kenaikan harga komoditas berlanjut hingga akhir tahun, bukan tidak mungkin pendapatan negara secara umum pada akhir 2021 akan mendekati 100 persen atau bahkan lebih dari target. Kondisi APBN yang sehat, menurut Budi, akan berdampak positif terhadap rencana pemulihan ekonomi pascapandemi.

Selain itu, Budi pun menilai bahwa kondisi APBN yang lebih sehat akan memengaruhi supply risk Surat Berharga Negara (SBN) hingga akhir tahun.

Meskipun begitu, terdapat beberapa risiko yang perlu menjadi perhatian, terutama bagaimana respons regulator terkait tingkat inflasi yang berpotensi naik sebagai dampak dari supply shock di sektor energi, tenaga kerja, bahan baku, atau bahkan dari sisi logistik yang melanda dunia saat ini.

“Kondisi perekonomian China ke depan juga patut menjadi perhatian kita bersama, mengingat eksposur impor bahan baku kita dari China yang tinggi dibanding negara-negara Eropa. Jika harga energi melonjak tinggi akan berdampak pada impor bahan baku dari China yang didominasi oleh produk manufaktur, barang-barang elektronik, besi dan baja untuk infrastruktur,” ujar Budi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper