Bisnis.com, JAKARTA - Penawaran umum perdana (IPO) secara global tercatat melambat pada kuartal ketiga 2021 dari kecepatan sebelumnya, tetapi jumlah listing dalam sembilan bulan pertama tahun ini masih yang tertinggi sejak gelembung dotcom pada 2000.
Dikutip dari CNA, data Refinitiv menunjukkan IPO pada kuartal ketiga mengumpulkan total sekitar US$94,6 miliar, turun 26,3 persen dari kuartal kedua.
Pasalnya, aktivitas IPO mendingin akibat perlambatan kegiatan di pasar saham selama musim panas dan pengawasan AS terhadap listing perusahaan China, menyusul tindakan keras Beijing terhadap DiDi Global Inc yang terjadi beberapa hari setelah IPO di New York.
Lebih dari 2.000 IPO telah mengumpulkan total dana hingga US$421 miliar (year-to-date/ytd) secara global. Ini adalah rekor tertinggi, karena perusahaan swasta bergegas untuk mencapai valuasi yang lebih tinggi dari rekan-rekan mereka yang terdaftar secara publik. Angka itu lebih dari dua kali lipat hasil yang dikumpulkan selama periode yang sama tahun lalu.
Jumlah ini termasuk IPO dari 486 perusahaan akuisisi tujuan khusus (SPAC) yang go public dalam sembilan bulan pertama tahun ini, mengumpulkan total US$127,7 miliar.
"Setelah mencatat rekor aktivitas IPO SPAC pada kuartal pertama, pasar tersebut telah mengambil jeda yang diperlukan. Namun, kami melihat tanda-tanda awal pasar itu mulai normal dan terbuka untuk emiten yang tepat," kata David Ludwig, Kepala Ekuitas Pasar Modal Global di Goldman Sachs Group Inc.
Baca Juga
Di antara IPO terbesar pada kuartal ketiga, aplikasi perdagangan Robinhood Markets Inc mencatatkan kapitalisasi sebesar US$2,1 miliar di New York dan perusahaan perangkat lunak Korea Selatan Krafton Inc yang mengumpulkan lebih dari US$3,7 miliar di bursa saham Korea.
Adapun, IPO terbesar tahun ini sejauh ini adalah penawaran dari perusahaan video online China Kuaishou Technology Co. Ltd. yang didukung Tencent senilai US$5,4 miliar.
Pada bulan Juli, Ketua Komisi Sekuritas dan Bursa AS Gary Gensler meminta "jeda" dalam IPO AS dari perusahaan-perusahaan China dan berupaya untuk mendorong lebih banyak transparansi tentang struktur lepas pantai mereka dan risiko peraturan yang mereka hadapi di China.
Akibatnya, listing China di Amerika Serikat terhenti. Dalam tujuh bulan pertama tahun 2020, IPO perusahaan China telah mencapai rekor US$12,8 miliar.