Bisnis.com, JAKARTA – Maskapai yang dapat menyediakan layanan lengkap dan murah dinilai akan lebih mampu menarik hati konsumen dalam menggunakan jasanya apalagi pada saat rencana pembukaan destinasi di Bali oleh pemerintah dapat terealisasikan.
Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bima Yudhistira mencermati persaingan maskapai selama pandemi Covid-19 in dalam meraup pasarnya saat ini menjadi lebih baik. Calon penumpang saat ini lebih memilih maskapai yang bisa memberikan layanan yang lebih lengkap dan murah.
Dia pun menggambarkan maskapai yang bisa menawarkan tes PCR atau antigen secara lebih murah atau bahkan gratis cenderung menjadi rekomendasi pengguna untuk memilihnya.
"Maskapai yang bisa menyediakan paket all in akan lebih diminati. Semakin lengkap package yang ditawarkan semakin menarik. Misalnya juga kalau AirAsia mengembangkan aplikasi terintegrasi yang nantinya ada penjemputan bandara. Semakin lengkap paketnya semakin menarik,” ujarnya, Kamis (30/9/2021).
Sejauh ini, sejumlah maskapai memang telah menawarkan tarif Swab/PCR dan Rapid Antigen dengan lebih menarik. Yang terbaru misalnya adalah Lion Air dengan tarif RT-PCR senilai Rp285.000 dan RDT-Antigen Rp35.000.
Tak hanya soal layanan yang diberikan oleh maskapai, dia juga menuturkan adanya normalisasi rute penerbangan yang kembali dilakukan oleh AirAsia dapat menjadi angin segar bagi kinerjanya. Terutama dengan rute menuju daerah wisata donestik seperti Bali yang juga sedang direncanakan untuk dibuka oleh pemerintah.
Baca Juga
Bima mencermati sejauh ini mobilitas lewat transportasi udara perlahan-lahan sudah mengalami peningkatan permintaan. Menurutnya, selama ini masyarakat kelas menengah atas hanya bersikap menunda sementara perjalanan wisata selama masa pandemi.
Namun, dia meyakini apabila pelonggaran Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) sudah dilakukan dan kasus harian Covid-19 menurun, masyarakat pasti tergerak kembali melakukan aktivitas wisata. Hal yang sama juga berlaku untuk Garuda Indonesia yang akan menambah frekuensi penerbangan menuju ke Bali.
"Hal ini dapat mendorong pendapatan dari sektor penerbangan AirAsia dan GIAA dan maskapai lainnya. Karena akan mendapat Bantuan pendapatan yang lebih meningkat," imbuhnya.
Dia memproyeksikan pada 2022, sektor pariwisata akan berangsur pulih kendati fokusnya utamanya dimulai dari rute domestik dan setelahnya barulah wisatawan asing.
Menurutnya dengan fokus pemerintah terhadap rute domestik tujuan pariwisata, maskapai sebaiknya dapat menambah frekuensi perjalanan. Hal tersebut untuk mengantisipasi peningkatan volume wisatawan yang masuk.
"Sekarang kan masih terbatas ya frekuensinya. Itu membuat masyarakat masih menunda. Kalau ditambah ini angin segar bagi pariwisata keseluruhan. Tujuannya destinasi wisata utama dan frekuensi penerbangan kembali meningkat," tekannya.
Sementara itu, Ketua Umum Indonesia National Air Carriers Association (INACA) Denon Prawiraatmadja mengatakan masih menunggu kebijakan pemerintah soal pembukaan pariwisata di Bali secara bertahap.