Bisnis.com, JAKARTA – Proyek Kerja Sama Pemerintah Badan Usaha (KPBU) Pelabuhan Anggrek di Gorontalo diklaim sebagai proyek tercepat dibandingkan dengan proyek KPBU pendahulunya.
Proyek dengan nilai investasi Rp1,4 triliun ini merupakan yang tercepat dalam proses KPBU Kementerian Perhubungan (Kemenhub) lainnya yang diprakarsai oleh pemerintah. Di antaranya pembangunan jalur Kereta Api Makassar-Parepare, pengembangan Bandara Labuan Bajo, serta pembangunan Pelabuhan Patimban.
Proyek ini diumumkan pemenangnya baru pada 18 Juni 2021, penandatanganan perjanjian KPBU pada 30 Juli 2021, dan serah terima proyek dilakukan hari ini.
“Kita apresiasi dengan terobosan yang dilakukan Kementerian Perhubungan Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, yang membuat proyek ini supaya bisa cepat beroperasi. Di samping itu pengembangan pelabuhan Anggrek ini juga diakui penuh dengan inovasi,” ujarnya, Selasa (28/9/2021).
Inovasi tersebut di antaranya pengembangan pelabuhan Anggrek ini merupakan proyek pelabuhan pertama yang perencanaannya menggunakan sistem Building Information Modelling System (BIM), yaitu suatu sistem atau teknologi di bidang AEC (Arsitektur, Engineering dan Construction) yang mampu mensimulasikan seluruh informasi di dalam proyek pembangunan ke dalam model tiga dimensi.
Kemudian, perencanaan pengembangan proyek ini terintegrasi dengan pengembangan wilayah hinterland sebagai kawasan industri yang bersinergi dengan pengembangan kawasan Ekonomi Terpadu (Kapet) Gorontalo-Paguyaman-Anggrek-Kwandang (Gopandang), dalam upaya meningkatkan demand pelabuhan Anggrek dan memicu peningkatan kesejahteraan masyarakat Gorontalo.
Baca Juga
Hal yang juga menarik, keberanian PT Anggrek Gorontalo Internasional Terminal (AGIT) sebagai investor untuk menginvestasikan dana mereka, karena sesungguhnya risikonya cukup tinggi karena Gorontalo termasuk wilayah Terluar, Tertinggal, Terdepan (3T).
“Semangat investor tergolong luar biasa, karena kalau sisi komersial proyek ini sebetulnya tidak begitu menarik. Tapi ada tantangan lain yang mungkin mereka lihat yaitu pengembangan wilayah dan ini bisa menjadi menarik dan memberi prospek yang luar biasa dalam jangka panjang, termasuk mendukung tol laut yang menjadi visi Presiden Jokowi,” imbuhnya.
Tak hanya itu, hal menarik lainnya adalah investor juga telah mengadopsi konsep green port yang dikaitkan dengan pencapaian tujuan sustainable development goals (SDGs). Ini menunjukan, investor telah memikirkan kebutuhan pembangunan berkelanjutan.
Penyerahan proyek pengembangan Pelabuhan Anggrek dari Kantor Unit Penyelenggara Kelas II Pelabuhan Anggrek, Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Kementerian Perhubungan kepada konsorsium pemenang lelang PT AGIT telah dilakukan pada hari ini, Selasa (28/9/2021).
AGIT merupakan konsorsium yang memenangkan lelang proyek tersebut yang terdiri dari empat perusahaan, yaitu PT Gotrans Logistics International, PT Anugerah Jelajah Indonesia Logistic, PT Titian Labuan Anugrah dan PT Hutama Karya (Persero).
Pembangunan tahap pertama akan dimulai pada 2022/2023, meliputi pembangunan dermaga, lapangan peti kemas,kargo dan fasilitas pendukung lainnya. Adapun, pengembangan tahap kedua direncanakan pada tahun 2031/203.
Untuk penguatan dan penambahan kapasitas dermaga untuk peti kemas yang dapat mengakomodir kapal bertambat sebesar 30.000 DWT [dead weight ton] dan general cargo untuk dapat mengakomodir kapal sebesar 10.000 DWT. Kemudian, juga terdapat pengembangan terminal bongkar muat barang, peningkatan layanan bongkar muat peti kemas, curah umum, curah cair dan peti kemas pendingin (reefer container).
Barulah pada tahap selanjutnya atau tahap dua dilakukan pengembangan fasilitas layanan terminal barang seperti lapangan penumpukan peti kemas, curah kering, barang umum (general cargo) dan peti kemas kosong (empty container).
Pelabuhan Anggrek juga akan dilengkapi dengan layanan konsolidasi & distribusi barang (CFS), peralatan bongkar muat Harbour Mobile Crane (HMC) serta lapangan parkir truk peti kemas dan Kargo.
Keberadaan Pelabuhan Anggrek diharapkan bisa melancarkan pergerakan logistik dan mendorong pertumbuhan ekonomi di Gorontalo dan kawasan sekitarnya. Dengan layanan bongkar muat yang efisien dan biaya, pergerakan harga-harga (inflasi) akan lebih stabil sehingga risiko usaha akan berkurang dan ini otomatis akan meningkatkan kegiatan ekonomi masyarakat, perdagangan domestik maupun internasional.
Pelabuhan yang terletak di utara Sulawesi ini memiliki konektivitas dengan negara timur jauh seperti Jepang, Korea, China, dan Hongkong yang berfungsi untuk pengembangan kepentingan kawasan sekitar (hinterland).