Bisnis.com, JAKARTA – Ketersediaan jaringan serat optik dan pasokan listrik yang andal di Jabodetabek membuat mayoritas pembangunan data center terpusat di kawasan aglomerasi tersebut.
Anton Sitorus, Head of Research Savills Indonesia, mengatakan bahwa Jabodetabek masih menjadi wilayah konsentrasi investasi data center, karena ketersediaan serat optik dan daya listrik yang andal.
Akan tetapi, tingginya permintaan data center mendorong pembangunan di kota-kota besar lainnya, seperti Surabaya, Bandung, Pekanbaru, dan Bali.
Di sisi lain, pasokan yang terbatas dan kurangnya persaingan antaroperator membuat harga data center di Indonesia masih relatif lebih tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara lain.
Saat ini Indonesia baru saja memasuki era baru pengembangan data center, di mana permintaan struktural dari pemain lokal dan internasional mulai muncul.
Selain pertumbuhan ekonomi digital, permintaan data center juga didorong oleh kebijakan baru dan regulasi yang lebih baik.
Baca Juga
“Dengan visi nasional yang ambisius, Indonesia bertujuan untuk menangkap 40 persen ekonomi digital Asean pada 2025. Kami mengharapkan untuk melihat lebih banyak perkembangan data center seiring dengan semakin pesatnya transformasi digital,” ujarnya dalam laporan, Jumat (24/9/2021).
Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 71/2019 semua perusahaan, khususnya lembaga keuangan perlu menyimpan data pribadi di data center yang ada di dalam negeri.
Selain itu, Bank Indonesia melalui Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/15/PBI/2007 juga menyatakan bahwa semua bank dan lembaga keuangan harus memiliki mekanisme cadangan data center melalui Disaster Recovery Center (DRC).
DRC merupakan fasilitas yang memungkinkan perusahaan untuk memulihkan data dan melanjutkan operasi jika terjadi keadaan darurat.
Saat ini, operator data center utama di Indonesia berasal dari perusahan lokal dan operator internasional. Diperkirakan data center pihak ketiga menyumbang 130 megawatt (MW) kapasitas daya di dalam negeri yang tersebar di lebih dari 120.000 meter persegi.
Sebagian besar operator pun menawarkan opsi co-location, dan beberapa lainnya juga menawarkan hosting terkelola, serta model layanan komputasi awan atau cloud.
Anton menuturkan, saat ini kendala utama yang menghambat investasi data center di Indonesia, adalah kurangnya infrastruktur jaringan dan pasokan listrik yang tidak stabil, terutama di daerah perdesaan.
“Kami berharap untuk melihat lebih banyak inisiatif yang ditujukan untuk mempercepat transformasi digital, mempersempit kesenjangan infrastruktur, dan mendukung permintaan untuk lebih banyak layanan data,” tuturnya.