Bisnis.com, JAKARTA — Kebijakan subsidi harga gas industri menjadi US$6 per metric million british thermal unit (MMBtu) mampu mengerek daya saing produk keramik dalam negeri.
Ketua Umum Asosiasi Aneka Keramik Indonesia (Asaki) Edy Suyanto mengatakan hal itu dibuktikan dengan kinerja ekspor keramik yang tumbuh 23 persen pada semester I/2021 dan 30 persen sepanjang tahun lalu. Sementara itu, kinerja utilisasi produksi sampai dengan September sudah mencapai 75 persen.
"Kinerja ekspor tersebut ditopang oleh peningkatan penjualan ke negara tujuan seperti Filipina, Malaysia, dan Australia," kata Edy kepada Bisnis, Selasa (21/9/2021).
Dia melanjutkan Asaki juga berencana untuk menyerap pemanfaatan gas lebih banyak dengan mengoptimalkan utilisasi produksi keramik nasional, di mana pada 2019-2020 berkisar 60-65 billion bristh thermal unit per day (BBTUD) dan saat ini berada di atas 80 BBTUD.
Namun di pasar domestik, banjirnya produk impor masih menjadi persoalan serius, terutama dari China dan India yang pada semester satu tahun ini tumbuh 62 persen.
Hal tersebut ditengarai karena menurunnya persentase pengenaan bea masuk tindakan pengamanan atau safeguard pada level 19 persen pada tahun ini.
Safeguard keramik yang berlaku sejak 2018 diketahui terbagi dalam tiga tahap, yakni 23 persen pada tahap pertama, selanjutnya 20 persen, dan pada tahun terakhir ini 19 persen. Pemberlakuan safeguard akan berakhir pada bulan depan dan pemerintah sedang menggodok perpanjangannya.
Edy juga mengatakan tingkat utilisasi 75 persen merupakan yang tertinggi dalam lima tahun terakhir, di mana pada 2020 tercatat sebesar 56 persen dan pada 2019 sebesar 65 persen.