Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PTPN III Bidik Swasembada Gula Konsumsi dengan SugarCo

PTPN III optimistis swasembada gula kristal putih konsumsi sejalan dengan terbentuknya holding pabrik SugarCo.
Salah satu pedagang gula dipasar tradisional sedang mengemasi gula pasir untuk dijual kembali / Arief Rahman
Salah satu pedagang gula dipasar tradisional sedang mengemasi gula pasir untuk dijual kembali / Arief Rahman

Bisnis.com, JAKARTA - Holding BUMN perkebunan, PT Perkebunan Nusantara III, membidik swasembada gula kristal putih (GKP) konsumsi melalui penguatan kemitraan dengan petani. Target ini dipatok seiring dengan terbentuknya holding pabrik gula di bawah naungan PT Sinergi Gula Nusantara atau SugarCo.

Direktur Utama PTPN III Mohammad Abdul Ghani menjelaskan bahwa peningkatan produksi gula tidak bisa dicapai tanpa memperkuat kemitraan dengan petani. Dalam situasi saat ini, dia mencatat bahwa sisa hasil usaha (SHU) petani tebu hanya berkisar Rp3,7 juta per hektare (ha) per tahun, jauh lebih rendah dibandingkan dengan SHU petani padi yang mencapai Rp11 juta per ha per tahun.

“Kalau petani tidak disentuh, sia-sia upaya menaikkan produksi nasional karena makin banyak yang beralih ke tanaman lain yang lebih menguntungkan. Dalam lima tahun terakhir areal petani turun terus karena memang pendapatannya tidak menarik,” kata Abdul dalam rapat dengar pendapat (RDP) bersama Komisi VI DPR RI, Senin (20/9/2021).

Dalam target perusahaan, pada 2024 petani mitra setidaknya bisa mencapai SHU sebesar Rp21,2 juta per ha per tahun. Nilai tersebut diharapkan bisa menyentuh Rp36,5 juta pada 2030.

“Selama perkebunan PTPN tidak bisa menaikkan pendapatan petani di atas Rp11 juta [SHU pertanian padi], jangan harap petani mau menanam tebu, jadi patokan kami harus di atas Rp11 juta,” tambahnya.

Abdul Ghani meyakini peningkatan produksi gula bisa dicapai dengan penguatan kemitraan dengan petani. Perusahaan bahkan berkomitmen menyediakan varietas bibit tebu unggul bersertifikasi pada tahap awal. Dengan demikian, target mengejar produksi gula dari sekitar 800.000 ton pada 2020 menjadi 2,6 juta ton pada 2030 bisa tercapai.

Dia juga mengemukakan perbaikan produksi bisa mengurangi paritas harga gula nasional dengan harga internasional. Abdul Ghani menyebutkan bahwa konsumen Indonesia harus membeli gula dengan harga 1,5 kali lebih mahal dibandingkan dengan harga dunia.

“Artinya inefisiensi PTPN dan inefisiensi di petani ditimpakan ke konsumen, ini tidak adil. Target kami ke depan petani sejahtera sehingga harga bisa turun, harga di konsumen turun,” kata dia.

Sampai dengan Juni 2021, perusahaan melaporkan bahwa produktivitas tebu mencapai 73,3 ton per ha, naik 107,01 persen dibandingkan dengan tahun lalu. Sementara produksi gula berjumlah 270.000 ton atau naik 128,57 persen secara tahunan.

SugarCo secara resmi didirikan pada 17 Agustus 2021 dengan 51 persen sahamnya dimiliki oleh PTPN yang mewakili pemerintah dan 49 persen oleh investor swasta. Sekitar 35 pabrik gula yang sebelumnya berada di bawah naungan beberapa PTPN nantinya akan dimasukkan ke dalam SugarCo sebagai satu entitas usaha pergulaan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper