Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah menyiapkan strategi menjadi pemain baterai kelas dunia pada 2027 melalui Indonesia Battery Corporation (IBC) atau PT Industri Baterai Indonesia.
Korporasi hasil konsorsium antara PT PLN (Persero), MIND ID, PT Antam Tbk., dan Pertamina telah menyiapkan rencana perusahaan yang akan mulai berjalan pada tahun ini, atau 2021.
Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Pengembangan Industri Sektor ESDM Agus Tjahajana menjabarkan bahwa proyek akan dimulai dengan memenuhi kebutuhan domestik dan memulai pembangunan pabrik baterai pada 2021–2023.
Pada tahun tersebut, IBI akan memulai pembangunan pabrik hulu seperti smeslter dan pabrik pelebuhan. Kemudian membangun konstruksi pabrik baterai untuk kendaraan roda dua dan Energy Storage System (ESS).
IBI juga akan memulai pembangunan manufaktur electric vehicle (EV) skala kecil dengan sel baterai impor.
Selanjutnya pada 2024–2026, IBI ditargetkan menjadi pemain global untuk material mentah serta pemain di tingkat regional untuk EV baterai. Upaya ini ditempuh dengan konstruksi pengolahan baterai untuk memenuhi persyaratan kendaraan baterai roda dua dan empat serta ESS.
IBI juga akan memulai produksi hulu serta meningkatkan produksi manufaktur EV untuk kebutuhan domestik. Terakhir pada 2027, IBI akan berekspansi menjadi pemain EV baterai dunia dan di tingkat regional.
Langkah tersebut ditempuh dengan ekspansi kapasitas hulu dalam skala global, perluasan kapasitas pabrik baterai untuk roda dua dan empat serta ESS untuk skala global.
Selanjutnya IBI akan memasok EV baterai untuk pasar domestik, regional dan global serta pendirian pabrik daur ulang untuk skala global dan regional.
“Kalau semuanya selesai, IBI bisa menyumbangkan sekitar US$25 miliar untuk GDP, bisa menyerap 23.000 orang [tenaga kerja] dan untuk trade balance sekitar US$9 miliar. Ini kalau sukses,” katanya saat webinar Mineral for Energy, Jumat (15/9/2021).
Pemerintah berharap apabila rencana tersebut berjalan sesuai rencana, Indonesia akan menjadi hub Asean dan dapat mengekspor sekitar 340.000 unit kendaraan listrik untuk Asean pada 2030. Upaya ini juga disebut akan menekan investasi sekitar US$15,3 miliar.