Bisnis.com, JAKARTA – Penggunaan teknologi transaksi jalan tol multi lane free flow (MLFF) akan menguntungkan pengguna jalan tol karena bisa mengubah perhitungan tarif yang akan dikenakan kepada pengendara.
Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) menyatakan perhitungan jalan tol saat ini menggunakan rumus average traffic length. Dengan penggunaan teknologi MLFF, rumus penghitungan tarif tol menjadi berdasarkan actual distance travel.
“[Perhitungan tarif] akan kami spread lagi, sehingga betul-betul yang dilakukan adalah berapa kilometer dan berapa rupiah yang dikenakan. Betul-betul penarifannya lebih berkeadilan,” kata Kepala BPJT Danang Parikesit dalam dalam diskusi publik Reformasi Sistem Transaksi Tol sebagai Upaya Meningkatkan Pelayanan kepada Pelanggan, Rabu (8/9/2021).
Danang menjelaskan, perhitungan tarif tol dengan rumus average traffic length merupakan sistem yang betul secara statistik. Namun demikian, rumus tersebut masih memiliki kekurangan.
Rumus tersebut membuat sebagian pengguna jalan tol terkena tarif yang lebih mahal jika dibandingkan dengan jarak yang ditempuh. Sementara itu, sebagian pengendara lainnya bisa mendapatkan tarif yang lebih murah.
Contohnya, tarif Tol Balikpapan–Samarinda ditentukan senilai Rp1.290 per kilometer untuk kendaraan golongan I. Namun demikian, tarif yang dikenakan berbeda jika dihitung berdasarkan jarak tempuh.
Tarif dengan jarak terdekat (GT Manggar–GT Karang Joang) adalah Rp14.000 atau 1.272 per kilometer. Sementara itu, tarif dengan jarak terjauh (GT Manggar–GT Simpang Jembatan Mahkota) sebesar Rp125.500 atau Rp1.307 per kilometer.
Danang berujar, teknologi MLFF akan membuat perhitungan tarif lebih adil. Pasalnya, tarif tol akan dihitung sesuai dengan jarak yang ditempuh karena koordinat pengendara akan terekam secara langsung oleh sistem.
Danang juga sebelumnya mengatakan bahwa Badan Usaha Pelaksana (BUP) proyek MLFF akan mendapatkan pengembalian investasi dari efisiensi yang didapatkan Badan Usaha Jalan Tol (BUJT).
Artinya, BUP akan mendapatkan keuntungan dari selisih antara tarif existing dengan pengurangan biaya operasi BUJT.
“Asumsi dasarnya, [semua BUJT akan] better off, tidak ada penurunan internal rate of return setelah ada MLFF,” katanya.
Dalam catatan Bisnis, RITS akan memulai konstruksi MLFF pada kuartal IV/2021. Sosialisasi teknologi anyar tersebut akan dimulai bersamaan dengan masa konstruksi lantaran akan mengubah kultur penggunaan jalan tol di dalam negeri.