Bisnis.com, JAKARTA - Pasar green bond atau obligasi hijau kembali marak setelah sejumlah negara mulai mencatatkan dengan nilai besar.
Dilansir Bloomberg pada Minggu (5/9/20210, beberapa negara seperti Spanyol, Kolombia, dan Inggris diprediksi akan menawarkan jumlah terbesar, kata Menteri Keuangan Inggris Rishi Sunak.
Selain itu, Jerman sebagai penerbit mapan juga akan menjual obligasi hijau baru dengan tenor 10 tahun melalui lelang pekan depan.
Namun, jumlah tadi tidak akan sebesar Uni Eropa yang tengah bersiap untuk memasuki pasar yang menggunakan 30 persen dana pemulihan pandemi senilai 800 miliar euro (US$950 miliar) untuk proyek hijau.
“Sesuai dengan perencanaan, kami dapat melihat pencatatan penerbitan dalam sebulan. Biasanya ini adalah waktu di mana sebagian besar emiten ini memasuki pasar, tepat setelah Hari Buruh," kata Kepala Penasihat untuk Originasi ESG dan penasihat Deutsche Bank AG Trisha Taneja.
Sementara itu, ahli strategi harga Natwest Markets Imogen Bachra mengatakan surat utang hijau pada September dapat mencapai 20 miliar euro. Prediksi tersebut bisa jadi akan mengalahkan rekor tertinggi yang dicatatkan pada Maret setelah Italia debut dan Prancis merilis lebih banyak utang.
Baca Juga
Berdasarkan data dari Bloomberg Intelligence, pencatatan green bond negara secara global telah mencapai US$39,1 miliar pada tahun ini, melampaui sepanjang 2020 senilai US$37,5 miliar.
Maraknya pencatatan green bons dipimpin oleh negara Eropa seperti Prancis, Italia, dan Jerman. Mereka juga diikuti oleh beberapa negara dengan ekonomi berkembang seperti Hong Kong dan Chile yang menjadi penerbit terbesar pada 2021 dari kelasnya.
Negara di Afrika Barat, Benin bahkan telah mengalahkan Ghana dalam pencatatan obligasi sosial negara pertamanya.
Sebelumnya, Ghana dikabarkan berencana menerbitkan sustainable bond senilai US$1 miliar pada Juli untuk perluasan akses pendidikan. Sementara Kolombia juga tengah menjajaki rencana penerbitan pada kuartal III/2021.