Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Biaya Membengkak, Kereta Cepat Jakarta–Bandung Cari Pembiayaan

Saat ini konstruksi proyek kereta cepat Jakarta–Bandung telah mencapai 77,9 persen sejak dimulai pada 9 Juni 2018. Kereta ditargetkan beroperasi secara komersial pada awal 2023.
Aktivitas proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) di salah satu tunnel atau terowongan di kawasan Tol Purbaleunyi KM 125, Cibeber, Cimahi Selatan, Jawa Barat, Kamis (2/4/2020). /Bisnis-Rachman
Aktivitas proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) di salah satu tunnel atau terowongan di kawasan Tol Purbaleunyi KM 125, Cibeber, Cimahi Selatan, Jawa Barat, Kamis (2/4/2020). /Bisnis-Rachman

Bisnis.com, JAKARTA — PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) masih melakukan pembahasan terkait dengan alternatif pendanaan dalam mengatasi pembengkakan biaya pembangunan kereta cepat Jakarta–Bandung.

Sekretaris Perusahaan KCIC Mirza Soraya mengatakan saat ini juga akan melakukan upaya semaksimal mungkin untuk bisa menekan pembengkakan biaya.

"Mengenai persoalan pendanaan atas pembengkakan biaya masih dalam pembahasan dengan sponsor dan lender," ujarnya, Jumat (3/9/2021).

Sementara itu, sebagai salah satu pemegang saham PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI),  PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI mendukung usulan Komisi VI DPR untuk dilakukan audit investigatif atas perkara pendanaan Proyek Strategi Nasional (PSN), Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) yang disebut-sebut tengah menghadapi sejumlah persoalan. 

Dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VI DPR RI, Direktur Utama KAI Didiek Hartantyo menyebut pihaknya sudah membicarakan opsi tersebut dengan Kementerian Keuangan dan Kementerian BUMN.

Selain itu, Didiek juga mengusulkan legislator menjadwalkan pertemuan secara tertutup agar persoalan bisa dikaji lebih mendalam.

"Kami dari KAI mendukung jika diberikan kesempatan secara tertutup sehingga kami pun bisa mengundang konsultan secara faktual apa yang terjadi, apa yang sudah terjadi dan apa yang dilakukan ke depan. Karena ada beberapa hal yang tidak perlu diketahui oleh publik," ujarnya dikutip Kamis (2/9/2021).

Dalam kesempatan tersebut, disampaikan bahwa proyek itu mengalami pembengkakan biaya (cost overrun) yang diperkirakan mencapai USD4,9 miliar atau setara Rp69 triliun hingga komunikasi yang kurang baik antara konsorsium China dan Indonesia.

Koordinasi antara dua konsorsium di bawah payung PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC), kata Didiek, juga tak berjalan mulus padahal pengerjaan PSN masih panjang. 

Saat ini, tambah dia, konstruksi proyek baru mencapai 77,9 persen sejak dimulai pada 9 Juni 2018 sementara ditargetkan beroperasi secara komersial pada awal 2023.

"Jadi bapak pimpinan [DPR] selama ini komunikasi antara pihak Indonesia dengan Cina itu tidak smooth," sebutnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper